Manado – Deputi Kerjasama Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen. Pol. Hamidin di sela-sela pertemuan Sub Regional Meeting on Foreign Fighter Terrorism and Cross Border Terrorism yang diselenggarakan di Manado, mengatakan bahwa situasi keamanan di Marawi, Filipina Selatan pasca operasi militer bukan saja menimbulkan ketegangan di kawasan tersebut, khususnya antara kelompok-kelompok pemberontak dan teroris dengan pemerintah pusat di Manila, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara kawasan di Asia Tenggara.
Pertemuan yang diikuti oleh enam negara yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina dan Australia serta Selandia Baru itu membahas mekanisme bersama dalam menanggulangi kemungkinan eskalasi sel-sel terorisme yang akan masuk ke Indonesia Malaysia dan Brunei.
” Konflik internal di Filipina Selatan dimulai saat lahirnya kelompok-kelompok seperti MILF, MNLF dan kelompok separatis Islamis Moute. Tak terkecuali kelompok New People Army (NPA), yang mana baru-baru ini melakukan penembakan terhadap konvoy Presiden Duterte, dimana semakin memperunyam masalah di kawasan itu”. Demikian kata Mantan Direktur Pencegahan BNPT itu.
Indonesia, Malaysia dan Brunei harus mengambil langkah antisipasi menghadapi kemungkinan eskalasi sel-sel teroris tersebut, khususnya setelah melemahnya ISIS dan jatuhnya Iraq dan Suriah ke tangan sekutu. Dimana Asia Tenggara menjadi target proyek kekhilafaan selanjutnya.
Sementara itu, Australia dan Selandia Baru yang selama ini konsisten mendukung pengembangan capacity building bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara dalam penanggulangan terorisme dan counter violence extremism, akan terus mendukung negara-negara ini dalam menghindari ancaman eskalasi sel-sel terorisme, baik yang berasal dari dalam negeri ( homegrown terrorist) maupun dari luar (foreign terrorist). Demikian menurut Irjen. Pol. Hamidin yang selama ini aktif mengikuti perkembangan jaringan terorisme di kawasan Asia Tenggara.