Tegal- Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri menembak mati dua dari empat pelaku penembakan dua polisi di Tol Kanci-Pejagan saat penyergapan di tempat persembunyiannya di Desa Kalisalak, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal, Senin (3/9) lalu.
Mereka ditangkap saat berada di dalam gubuk di tengah sawah, yang diduga menjadi lokasi persembunyian para pelaku sebelum disergap.
Gubuk dengan cat berwarna putih dan kuning tersebut berukuran sekitar 4×3 m2. Beratap asbes, dinding gubuk menggunakan papan dan plastik alumunium foil. Di dalam gubuk, tergeletak sebuah helm dan sejumlah bungkusan plastik.
Di bagian depan gubuk, ada tiga batu yang terlihat bekas digunakan untuk membuat api. Lokasi gubuk yang diduga sudah beberapa hari terakhir menjadi lokasi persembunyian pelaku penembak dua polisi itu jauh dari permukiman warga. Aksesnya juga cukup sulit. Untuk mencapainya, jika tak berjalan kaki membelah areal pesawahan, harus menyusuri jalan setapak di tepi rel kereta api.
Setelah proses penyergapan, sampai saat ini tak terlihat ada garis polisi yang dipasang di gubuk. Selain itu, juga tak terlihat juga bekas-bekas yang menunjukkan terjadinya baku tembak antara para pelaku dengan anggota Densus 88. Tak diketahui bagaimana dua pelaku yang tewas ditembak itu melakukan perlawanan terhadap polisi.
Sejumlah warga setempat yang ditemui para awak media mengaku memang mengetahui penangkapan itu, meski tidak melihat secara langsung. “Informasinya memang gitu (ada penangkapan teroris). Pagi-pagi ada polisi ramai datang ke sini,” ujar Sekretaris Desa Margahayu, Aminudin, Selasa (4/9).
Keterangan Aminudin diperkuat oleh Kepala Desa setempat, Fatchurozi. Dituturkan, berdasarkan laporan yang dia terima, penangkapan berlangsung saat Subuh. “Saya dapat laporan katanya Subuh ada penangkapan teroris,” jelasnya.
Mendengar informasi itu, Fatchurozi langsung meminta konfirmasi ke Polsek Margasari. Hasilnya, pihak kepolisian membenarkan penangkapan itu. Lalu sekitar pukul 10.00 WIB, kata dia, ada olah TKP di lokasi penangkapan. “Informasinya begitu,” jelasnya.
Diungkapkan, dari penuturan warganya, ada empat orang asing yang tinggal di sebuah gubug di Margahayu dalam beberapa hari terakhir ini. Warga tidak curiga lantaran di lingkungan sekitar gubug banyak warga pendatang yang menyewa lahan untuk ditanami bawang merah.
“Di lingkungan sekitarnya juga banyak warga pendatang. Ada juga penggembala sapi yang kerap ke sana. Jadi warga tidak terlalu curiga. Warga baru sadar setelah ada penangkapan tersebut,” ujar dia.
Keberadaan pelaku penembakan polisi itu sebenarnya sudah dicurigai oleh istri Sekdes Aminudin, yang merupakan seorang bidan. Menurut Aminudin, pada Sabtu, 25 Agustus 2018 lalu, ada tiga orang yang datang ke tempat praktik istrinya untuk meminta pertolongan.
Saat itu mereka mengaku polisi dan baru saja menangkap maling. Salah satu dari mereka mengalami luka tembak dengan kondisi tangan diborgol. “Bilangnya yang diborgol itu pencurinya. tapi istri saya tidak bersedia dan meminta mereka ke RSUD Slawi,” katanya.
Kecurigaan serupa juga dialami oleh warga di Desa Kalisalak, yang bersebelahan dengan Desa Margahayu. Kades Kalisalak, Sekhani, pernah mendapat laporan dari warganya ada dua orang berboncengan membeli bensin eceran di desa tersebut. “Satunya diborgol,” katanya.
Warga Kalisalak lainnya, Toidi, mengaku mendapat informasi saat penangkapan terjadi. Saat itu warga setempat geger karena banyak polisi yang datang. “Beberapa hari terakhir ini memang sudah beredar informasi ada teroris yang lari ke sini,” terang dia.
Hingga berita ini ditulis, kepolian belum memberikan pernyataan resmi. Kapolsek Margasari, AKP Suratman, enggan memberikan keterangan. “Saya tidak tahu. (wewenangnya) Densus itu,” katanya singkat.