Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia
(BNPT RI) mengusung tujuh program prioritas di tahun 2024. Poin
pertama dari tujuh program prioritas itu adalah perlindungan
perempuan, remaja, dan anak dari paparan ideologi radikal.
Menanggapi hal itu, eks narapidana kasus terorisme (napiter),
Listiyowati, mendukung upaya BNPT fokus melindungi para perempuan dari
paparan ideologi radikal.
“Saya setuju sekali dengan langkah perlindungan perempuan tersebut,”
kata Listyawari, Kamis (21/4/2024.
Menurut Listiyowati, upaya perlindungan itu penting dilakukan lantaran
perempuan sangat rentan menjadi sasaran radikalisasi.
Perempuan, kata Listiyowati, bisa dengan mudah terpengaruh propaganda
kelompok radikal terorisme, kemudian mendukung dan bergabung dengan
kelompok-kelompok tersebut.
“Perempuan kan seringnya pakai perasaan, ya. Kalau sudah suka atau
kasihan, cepet banget terpengaruh. Kalau sudah begitu, diajak ‘hijrah’
juga gampang banget,” ujar perempuan 34 tahun ini.
Listiyowati merupakan mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Hong
Kong yang teradikalisasi via media sosial.
Lewat media sosial, perempuan asal Kendal, Jawa Tengah, ini kerap
berkomunikasi dengan seseorang yang mengajaknya ikut menyelamatkan
anak-anak korban konflik agar nantinya bisa masuk surga. Dari situ, ia
malah ikut terlibat dalam pendanaan kelompok Jamaah Ansharut Daulah
(JAD) di Indonesia.
JAD adalah kelompok teroris di Indonesia yang berafiliasi dengan
kelompok teroris global Negara Islam Irak-Suriah (ISIS). Pada 2020,
Listiyowati ditangkap dan dihukum 3 tahun penjara. Pada Juni 2023, ia
bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Semarang.
Selama berada di dalam tahanan, Listiyowati mengaku mendapat
perlindungan dari BNPT agar tak kembali meyakini paham radikal.
Petugas-petugas BNPT, aktif memberikan pendampingan setiap kali
mengunjungi narapidana terorisme perempuan di dalam lapas.
“Kami mengobrol, berdiskusi, atau dibuatkan kegiatan tertentu. Ini
sangat baik karena salah satu dampaknya bisa menghilangkan pandangan
radikal kami,” ucap Listiyowati.
Sebelumnya, Kepala BNPT Mohammed Rycko Amelza Dahniel mengatakan
perempuan, anak-anak, dan remaja merupakan kelompok yang rentan
menjadi sasaran radikalisasi. Karena itu, perlindungan terhadap tiga
kelompok itu akan jadi salah satu prioritas BNPT.
“Ketiga kelompok rentan tersebut adalah generasi penerus bangsa
sehingga penting untuk dilindungi dari proses radikalisasi demi
mencapai tujuan Indonesia Emas 2045,” kata Rycko.
Menurut Rycko, perempuan berperan penting dalam pembinaan keluarga,
sementara anak dan remaja merupakan generasi penerus penggerak
pembangunan bangsa dan negara, termasuk pembangunan ekonomi.
Karenanya, tidak dapat dibayangkan jika ketiga kelompok rentan
tersebut dalam jumlah besar terpapar paham radikal terorisme bahkan
sampai melakukan tindakan pidana terorisme.