Jakarta – Eks Napiter di Kota Semarang berharap jalannya pemilu 2024 bisa tetap damai. Berdasar pengalaman, jika situasi memanas dan terjadi kaos, maka potensi dimanfaatkan teroris aktif sangat besar.
Hal itu diungkapkan Ketua Putra Persaudaran Anak Negeri Semarang (Persadani) yang merupakan wadah pembinaan mantan teroris, Sri Puji Mulyono saat bertemu Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Semarang.
Sebagai eks napiter, Puji menjelaskan kondisi negara atau masyarakat yang kacau saat pemilu berpotensi menjadi peluang para teroris melakukan aksinya. Maka ia dan rekan-rekannya yang sudah bersumpah setia NKRI ikut berusaha menjaga perdamaian di masa Pemilu 2024.
“Kalau melihat pengalaman kami masa lalu itu memang kadang momen seperti ini momen yang ditunggu, sehingga apabila terjadi kaos, ada peluang untuk dari sebagian kami yang masuk. Itu yang kita khawatirkan dan antisipasi, jangan sampai hal ini terjadi,” ujar Puji di Jatingaleh, Semarang, belum lama ini.
“Kami komitmen bagaimana sebisa mungkin dengan bergandengan tangan dengan tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemuda ini supaya kita sama-sama komitmen menjaga suasana,” imbuhnya.
Selain itu Puji juga menegaskan akan memberikan suaranya pada 14 Februari 2024. Selama terlibat tindakan terorisme, Puji sama sekali tidak turut serta mencoblos pada Pemilu.
“Pasti itu (nyoblos), karena keikutsertaan kami ini merupakan sesuatu hal yang justru ini membuktikan kita kembali ke NKRI. Dulu nggak pernah sama sekali, kita golput. Ini dua kali ikut, 2019 dan 2024,” ujarnya.
Puji sudah dua kali terlibat kasus terorisme tahun 2005 dan 2010. Kasus pertama, Puji terlibat terorisme karena menyembunyikan teroris Noordin M Top dan Dr Azahari. Kemudian kasus kedua, dia menyembunyikan Abu Tholut. Puji pernah ditahan di Nusakambangan, Mako Brimob, dan Lapas Kedungpane.
“Kita sodori para tokoh agama konsep komitmen kita dan disetujui. Akhirnya kita sepakat bersama menolak yang namanya kekerasan, intoleransi, ujaran kebencian, dan Golput. Yang kita khawatir itu ada konflik hanya karena beda pilihan, apalagi kalau ditarik ke politik identitas,” ujarnya.
Sekretaris FKUB Semarang, Syarif Hidayatullah mengatakan untuk mewujudkan pemilu damai, tokoh agama menjadi salah satu yang harus ikut turun. Apalagi ketika suasana makin memanas, maka peran tokoh agama adalah mendinginkan.
“Di mana-mana tokoh agama dipercaya dalam pengertian sangat berperan dalam mengendalikan masyarakat. Ketika situasi memanas atau oleng atau kehilangan keseimbangan diperlukan peran tokoh agama,” kata Syarif.