Eks Napiter Anggota JAD Sukabumi Ungkap JAD Bandung Masih Aktif dan Miliki Solidaritas Tinggi

Sukabumi – Bom bunuh diri meledak di Markas Kepolisian Sekter Astana Anyar, Kota Bandung, Rabu (7/12/2022). Pelakunya Agus Sujatno alias Agus Muslim (34), anggota Jamaah Anshorut Daulah (JAD) Kota Bandung dan pernah di penjara di Nusa Kambangan, karena terlibat dalam kasus bom Cicendo.

Eks narapidana teroris (napiter) Robby Rubiansyah alias Abu Askar mengungkap pergerakan JAD dan solidaritas mereka terhadap jemaahnya. Abu Askar merupakan mantan anggota JAD Sukabumi-Cianjur. Dia pernah melancarkan operasinya pada 2013 lalu di Vihara Ekayana dan Kedutaan Besar Myanmar. Setelah bebas dari Lembaga Kemasyarakatan, bertobat dan berikrar setia ke NKRI.

Robby mengatakan, JAD Bandung memang salah satu cabang JAD yang masih aktif. Mereka memiliki ideologi dan solidaritas yang kuat terhadap jemaahnya.

“Saya melihat ada sekian banyak bahasanya cabang JAD, memang salah satunya masih aktif itu Bandung, Bandung Raya lah bahasa mereka. Memang saya akui teman-teman JAD yang masih aktif itu punya solidaritasnya tinggi, artinya sesama jemaah pasti dibantu sampai betul-betul bisa mandiri,” kata dia saat dihubungi awak media via sambungan telepon, Kamis (8/12/2022).

“Ketika solidaritas kuat, mereka bantu. Bahkan dulu ketika saya masih berkiblat kepada mereka, bahasa mereka ketika ada ikhwannya (saudara jemaah) tertangkap, mereka biayai keluarganya dari uang kas. Saya alami sendiri, tiga tahun di dalam, keluarga istri anak di-support,” sambungnya.

Beberapa tokoh JAD Bandung Raya yang diketahuinya seperti Yayat Cahyadi, pelaku bom panci di Taman Pandawa, Kota Bandung pada 2017 lalu. Sama seperti Agus Sujatno, Yayat Cahyadi juga asalnya eks napiter yang kembali menjadi bomber.

Robby mengatakan, alasan terkuat para mantan napiter kembali menjadi bomber adalah faktor ekonomi. Setelah mereka bebas dari lapas, tapi tak ada kegiatan sedangkan kebutuhan ekonomi pun menjadi tuntutan yang harus dipenuhi.

“Dari pemerintah pun bukannya nggak ngasih bantuan, tapi untuk hari ini hitungan ngasih modal Rp 5 sampai Rp 10 juta cukup buat apa modal usahanya. Makanya saya bilang faktor ekonomi yang menyebabkan mereka kembali lagi, kesulitan lah,” ungkapnya.