Eks Napiter Abu Tholut: Bom Bunuh Diri Justru Mencederai Istilah Jihad

Kudus  – Beberapa waktu lalu Mapolsek Astana Anyar, Kota Bandung, disasar pelaku bom bunuh diri Agus Sujatno (34). Berbekal dua bom panci, pelaku meledakkan diri di depan pos pemeriksaan. Pelaku tewas seketika dengan tubuh tercerai berai, sedangkan seorang petugas kepolisian Aiptu Sofyan meninggal dunia akibat terkena serpihan bom di lehernya.

Menanggapi hal itu, eks napiter Abu Tholut menilai terminologi jihadis yang disematkan pada pelaku bom bunuh diri menurutnya kurang tepat. Sebab, jihad bukan seperti itu caranya.

“Kalau dengan ngebom justru malah mencederai istilah jihad dalam Islam,” ujar Abu Tholut dikutip dari TribunPantura, Rabu (14/12/2022).

Menurutnya, para pelaku bom bunuh diri masih memiliki anggapan pemerintah adalah thogut dan berencana melakukan aksi teror. Mereka diyakini ada pengaruh gerakan transnasional yaitu ISIS yang berpusat di Irak dan Syuriah dan sekarang telah hancur berantakan.

“Saya sejak lahirnya ISIS dan masuk Indonesia 2013 itu saya sudah pelajari, saya bagian yang menentang mereka,” kata Abu Tholut

Terkait aksi teror bom acap kali menyasar kantor polisi, Abu Tholut menjelaskan bahwa aksi teror yang menyasar kantor polisi lebih karena dendam.

“Aksi teror bom yang dilakukan oleh para pelakunya karena dendam kepada polisi,” kata Abu Tholut.

Ia melanjutkan, para pelaku teror menganggap negara berikut pemerintahnya adalah thogut atau setan. Alhasil orang yang terlibat dalam pemerintahan otomatis dianggap kafir dan murtad. Mereka beranggapan bahwa orang yang terlibat dalam pemerintahan halal darah dan hartanya.

“Sehingga menjadi objek yang menurut pemahaman mereka itu boleh bahkan wajib diserang,” tutur Abu Tholut.

Ia berpendapat, rasa dendam kepada polisi itu karena mereka acap kali ditangkap bahkan dikejar-kejar oleh polisi melalui kesatuannya Densus 88. Untuk itu polisi menjadi prioritas serangan, bukan malah kantor pemerintahan.

“Faktor subjektif mereka punya dendam yang menangkapi mereka dan mengejar mereka adalah teman-teman polisi. Polisi menjadi sasaran prioritas bukan sembarang kantor pemerintah,” katanya.