Jakarta – Para mantan narapidana teroris (napiter) didaulat menjadi duta baca untuk menggalakkan literasi di masyarakat. Para mantan napiter diajak membuka pusat membaca berupa perpustakaan mini di rumahnya.
Para mantan napiter itu disatukan dalam program Rumah Daulat Buku (Rudalku) yang diinisiasi Lembaga Daulat Bangsa (LDB). Rudalku merupakan program yang menyasar mantan napiter dan menjadi salah satu metode deradikalisasi dengan pendekatan literasi.
Kegiatan yang telah diikuti 35 orang mantan napiter ini bertujuan menangkal penyebaran paham radikal dan terorisme di kalangan masyarakat, melalui peningkatan minat baca di kalangan komunitas yang selama ini telah rentan terpapar paham radikal, maupun masyarakat luas.
“Tujuannya diadakan program ini diharapkan para mantan napiter dapat menjadi pejuang literasi untuk masyarakat sekitar tempat tinggalnya,” kata pimpinan LDB Jakarta, Moh Soffa Ikhsan dalam keterangannya, Senin (24/5/ 2021).
“Kita ketahui bangsa kita tingkat literasinya masih rendah, berada di urutan 60 dari 61 negara. Hal ini menunjukan bahwa daya bacanya rendah, ini menjadi kewajiban kita. Kami dari LDB dengan program Rudalku akan terus menggalakkan literasi dan mewujudkan Indonesia yang cerdas dan damai,” ujarnya.
Salah satu mantan napiter yang tergabung dalam program Rudalku adalah Abdul Rohim Shidik, yang baru saja membuka pusat membaca di Jl Pesing koneng RT12 RW02, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
“Saat ini beliau ingin menjadi jihadis literasi untuk menggerakkan masyarakat sekitar daerah sini untuk bisa menjadi warga yang cerdas dan damai sehingga bisa toleran,” lanjut Soffa.
Sementara, Abdul Rohim Shidik mengatakan, kegiatan yang digelar oleh LDB dengan program Rudalku sangat membantu untuk mencerdaskan anak bangsa.
“Alhamdulillah sangat membantu saya untuk lebih berkembang lagi, lebih maju lagi untuk mencerdaskan anak-anak dari lingkungan saya sendiri,” ungkapnya.