Moskow – Eks militan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menuding intelijen Iggris merekrut dirinya untuk mengumpulkan informasi tentang militer Rusia di Suriah. Laporan itu dilansir oleh kantor berita Rusia, TASS.
Dia mengatakan dirinya direkrut setelah memutuskan kembali ke Palmyra, Suriah, kota peninggalan sejarah yang pernah dikuasai ISIS sebelumnya.
“Intelijen Inggris mengetahui soal ini lewat perantara dan mengatakan: “Kamu akan bekerja sebagai mata-mata. Kami akan membantumu. Pergilah ke Palmyra, kami akan beri kamu uang, ponsel, dan semua yang kamu butuhkan. Tugasmu adalah memotret lokasi-lokasi penting intelijen Suriah dan Rusia dan pasukan Suriah di sana”. Saya harus mengirim foto-foto ini lewat Internet,” kata dia, seperti dilansir laman Al Masdar, Senin (9/6/2020).
Eks anggota ISIS itu mengakui dirinya bertemu intelijen Inggris di kawasan Al-Tanf, perbatasan Suriah dengan Yordania, lokasi pasukan AS ditempatkan.
Dia mengatakan sudah pergi dari Palmyra dan saat itu dia adalah anggota ISIS. Menurutnya intelijen Inggris menekankan soal pentingnya informasi soal “lokasi-lokasi pasukan Rusia di Suriah,” terutama tentang bagaimana perlindungan mereka supaya nantinya mereka bisa melancarkan serangan teror terhadap pasukan Rusia.
Diungkap juga, Inggris menugaskan seorang mantan pemandu di Palmyra yang menguasai beberapa bahasa sing untuk memimpin kelompok mata-mata itu. Pemandu itu mengatakan dia sudah menjadi pemandu sejak sebelum konflik Suriah pecah pada 2011.
Pemerintah Inggris belum berkomentar soal kabar dan tuduhan dari bekas militan ISIS ini.