Ambon – Perkembangan teknologi yang di antaranya ditandai dengan derasnya arus informasi, telah merubah pola hidup masyarakat. Kondisi ini berpotensi membuka peluang masuknya paham radikal terorisme, sehingga akan mempengaruhi perdamaian.
Mengantisipasi hal tersebut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku, Kamis (25/4/2019), menggelar diskusi film yang dibarengi dengan nonton bareng film ‘Damai dalam Kardus’ di Ambon. Seratusan pelajar SMA dan sederajat beserta guru pendampingnya dihadirkan sebagai peserta kegiatan.
“Kegiatan ini bertujuan membangun wawasan di masyarakat, khususnya tentang pentingnya menjaga perdamaian. Edukasi semacam ini penting dilaksanakan untuk melawan penyebarluasan paham radikal terorisme,” kata Ketua FKPT Maluku, Abdul Rahim Uluputty.
Mantan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Maluku tersebut menambahkan, untuk kalangan pelajar kegiatan ini sekaligus edukasi terkait pembuatan video pendek, sebagai kelanjutan atas lomba video pendek yang dilaksanakan sehari sebelumnya. Dalam kesempatan tersebut Uluputty menyampaikan kepada tamu undangan, terdapat 24 karya video pendek yang dihasilkan pelajar SMA dan sederajat di Maluku, yang diakuinya sebagai hal yang membanggakan di tengah keterbatasan waktu persiapan.
“Tiga karya terbaik sudah dihasilkan dalam penjurian kemarin, dan nanti akan dimumkan di akhir acara. Tiga video itulah yang akan mewakili Maluku ke penjurian di tingkat nasional,” tambah Uluputty disambut tepuk tangan hadirin.
Khusus tentang gelaran lomba video pendek bertema ‘Satu Indonesia’, masih kata Uluputty, dilaksanakan sebagai upaya membangun kesadaran di masyarakat, khususnya generasi muda tentang pentingnya menjaga perdamaian.
Asisten II Sekdaprov Maluku, Soamole, sepakat dengan adanya pergeseran pola hidup masyarakat akibat derasnya arus informasi saat ini. Hal itu diakuinya juga akan berpengaruh terhadao potensi penyebarluasan paham radikal terorisme.
“Karena itu paradigma kita tentang pencegahan terorisme juga harus diubah. Pencegahan terorisme tidak bisa dilaksanakan hanya oleh aparatur negara saja, melainkan harus ada keterlibatan aktif dari masyarakat,” ungkap Soamole.
Perempuan berkacamata tersebut menyambut positif dilaksanakannya lomba video pendek dan diskusi film bagi kalangan pelajar dalam rangka pencegahan penyebarluasan paham radikal terorisme di Maluku. Dia juga mengapresiasi keterlibatan pelajar dalam lomba video pendek dengan karya yang dihasilkannya.
“Semoga karya penuh kearifan lokal ini akan menjadi sarana edukasi bersama dalam mewaspadai penyebarluasan paham radikal terorisme, serta mampu memupuk perdamaian agar terus terjaga di bumi Maluku tercinta,” tutup Soamole. [shk/shk]