Jakarta – Setelah seharian mendapat wawasan kebangsaan dan sharing session dengan Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir, Kasubdit Kontra Propaganda Kolonel Pas. Drs. Sujatmiko, serta dengan tim mentor dari Pusat Media Damai (PMD) PMD para peserta pelatihan tingkat lanjut duta damai dunia maya 2017 diadu untuk mengeluarkan bakat seni budaya dengan kearifan lokalnya, Rabu (30/11/2017) malam.
Sebanyak 7 kelompok mengikuti kompetisi ini yaitu Duta Damai Regional Bandung, Semarang, Malang (2 kelompok yaitu Satu Jiwa dan Banter), Padang, Banjarmasin, dan Mataram. Meski dengan segala keterbatasan, para penampil sukses mengeluarkan kemampuannya dalam sebuah panggung lesehan di Lantai 27 Hotel Grand Mercure Kemayoran.
Kasubdit Kontra Propaganda Kolonel Pas. Drs. Sujatmiko mengungkapkan kompetisi ini digelar sebagai upaya untuk memperkuat rasa cinta tanah air melalui kearifan lokal yang ada. Nyatanya, para duta damai dunia maya mampu memberikan hiburan menarik, meski dengan ala kadarnya.
“Kami ingin para duta damai dunia maya kembali menyelami hakikat sebagai bangsa Indonesia yang dikenal memiliki beragam seni dan budaya, serta kearifan lokal yang ada. Meski tanpa persiapan berarti, mereka tampil sangat bagus sesuai dengan visi dan misi duta damai dunia maya yaitu menciptakan perdamaian melalui penyebaran konten positif dan perdamaian di dunia siber,” ungkap Pria yang juga Ketua Panpel pelatihan tersebut.
Setelah melalui penjurian ketat, dewan juri yang terdiri dari Drs. Sujatmiko, Eri Suprayitno (Kasie Media Literasi), dan Fanina Fanindita, terpilih tiga kelompok terbaik. Menurut Eri Suprayitno penentuan pemenang kompetisi itu sangat ketat karena para peserta mampu memasukkan nilai-nilai yang sesuai visi dan misi duta damai. Bahkan selisih nilai antar kelompok sangat tipis yaitu 0.001 persen.
Pemenang pun akhirnya ditentukan. Juara ketiga ditempati oleh duta damai Banjarmasin yang mengusung keindahan cerita dan tari dayak yang dibumbui cerita kepahlawanan dan nasionalisme. Kemudian runner-up ditempati duta damai Padang dengan drama tentang anak muda yang tertular gaya hidup barat, namun melalui pendekatan kearifan lokal berhasil kembali menjadi anak Indonesia.
Dan sebagai kampiun, terpilih duta damai dari Mataram dengan drama kolosal Putri Mandalika yang juga dibumbui drama kepahlawanan dan cinta tanah air. Sukses duta damai Mataram ini cukup mengejutkan. Pasalnya, mereka baru tiba di Jakarta, Rabu pagi, karena terkendala cuaca meletusnya Gunung Agung, sehingga mereka terlambat dua hari dari rencana awal kedatangan hari Senin.
Sebagai apresiasi dari penampilan duta damai itu, panitia pun memberikan kejutan berupa hadiah uang tunai. Juara pertama mendapat amplop paling tebal, runner up lumayan tebal, sedangkan peringkat ketiga cukup tebal. Hadiah itu diserahkan langsung oleh Drs. Sujatmiko.
Usai kegiatan itu, suasana hari dalam gelap tiba-tiba mewarnai ruangan. Dari pojok belakang sayup-sayup terlilhat cahaya lilin diiiringi lagu selamat ulang tahun diusung seluruh peserta. Lilin itu ternyata berhenti di depan kakak mentor paling favorit tahun 2017, Ferry Novrika, yang ternyata baru saja merayakan ulang tahun.
Pria berjenggot tipis yang selalu tersenyum ini, langsung didaulat ke atas panggung dan mendapat berbagai hadiah dari ‘anak-anaknya’ antara lain bunga mawar merah dan putih, serta kain tenun khas Lombok. Suasana gembira dan haru pun menyeruak ketika pria yang juga ideolog itu diminta memberikan sepatah dua patah kata.
“Terima kasih kepada para duta damai semua. Jujur saya sangat kaget dan terharu dengan suprised ini. Semoga adik-adik duta damai nanti setelah kegiatan ini bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan kelak nantinya jadi orang hebat,” ujar Ferry terbata-bata sambil matanya berkaca-kaca penuh air mata.
Acara malam itu ditutup dengan penuh kegembiraan dan keharuan setelah para duta damai seluruh Indonesia bisa saling mengenal, berkolaborasi, dan menguatkan tekad untuk menciptakan perdamaian demi keutuhan NKRI.