Samarinda – Duta damai dunia maya harus memiliki imunitas ideologi bahwa Indonesia adalah Pancasila, UUD ’45, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI sesuai konsensus nasional. Hal itu ditegaskan oleh Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Kombes Pol. R. Ahmad Nurwahid saat penutupan dan pengukuhan anggota baru duta damai dunia maya Kalimantan Timur (Kaltim) yang digelar secara virtual, Kamis (27/8/2020).
“Harus diwaspadai kelompok radikal, selalu mendikotomi antara nasionalisme, Pancasila, dan agama. Mohon kepada para anggota duta damai membuat konten harus milenial, kekiniaan, tapi tolong nuansa agama jangan ditinggalkan. Mereka selalu membenturkan agama yang dipahami secara tekstualistik dengan Pancasila, budaya, kearifan lokal,” kata Ahmad Nurwahid.
Ahmad menambahkan, penekanan ini sangat penting sebelum duta damai dunia maya melangkah lebih jauh dalam menjalani tugasnya sebagai relawan penyebar konten perdamaian di dunia maya. Dengan memiliki imunitas ideologi, duta damai dunia maya akan lebih optimal dan efektif dalam membuat produk kontra narasi yang dihasilkan.
Ia menjelaskan, generasi muda cenderung dijadikan sasaran penyebaran paham radikal terorisme. Hal itu karena generasi muda adalah fase dalam mencari jati diri. “Biasanya mereka yang mencari jatidiri karakter militansinya sangat tinggi, suka tantangan, dan senang membuat sesuatu yang ekstrem, dan cenderung melakukan perlawanan sosial di lingkungannya,” imbuh Ahmad Nurwahid.
Yang perlu dipahami juga, tambah Ahmad, karakter kelompok radikal disamping intoleransi juga paham takfiri. Kedua bersikap eksklusif.
“Mereka merasa benar sendiri, menghalalkan segala cara atas nama agama. Ini sangat berbahaya sekali. Karena apa? Karena yang berbeda dianggap kafir, kalau kafir dianggap halal darah dan hartanya,” pungkas Ahmad Nurwahid.