Malang – Keberadaan Duta Damai Dunia Maya dan Duta Damai Santri yang berada di Jawa Timur sangat penting dalam mencegah penyebaran paham radikal terorisme melalui media sosial di dunia maya. Keberadaan mereka menjadi garda terdepan dalam mencegah penyebaran paham radikal terorisme dan intoleransi yang dihembuskan kelompok radikal.
Hal tersebut dikatakan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Brawijaya, Malang, Dr. Muhammad Annas M. Phil, saat menjadi narasumber pada acara Dialog Kebangsaan BNPT RI dengan Duta Damai Dunia Maya dan Duta Damai Santri regional Jawa Timur bersama Mahasiswa dan Komunitas di Kota Malang. Acara yang mengambil tema “Deen Assalam” ini digelar di Gedung Rektorat Universitas Brawijaya, Malang, Senin (17/4/2023).
“Saya kira ini menarik karena pada dialog ini tadi generasi muda yabg tergabung dalam Duta Damai dan Duta Damai Santri juga diberi muatan yang bersifat wawasan kebangsaan dan juga tentang bagaimana moderasi beragama. Jadi bukan hanya pada aspek politik tapi juga bagaimana kita melakukan atau langkah-langkah untuk mempromosikan moderasi atau toleransi itu di tengah masyarakat kita terutama di media sosial,” ujar Dr. Muhammad Annas M. Phil,.
Hal ini menurut peraih gelar Doktoral bidal Filsafat dari Universitas Gadjah Mada ini tentu sangat memberikan warna yang bagus positif di tengah dominannya narasi-narasi ujaran kebencian, hoaks maupun narasi-narasi intoleransi yang bertebaran di dunia maya selama ini.
“Dan teman-teman Duta Damai.ini harus mampu menarasikan atau juga menggkampanyekan narasi-narasi yang sifatnya positif tentang perdamaian bahkan best practice di masyarakat kita yang sudah hidup dalam hidup damai toleran dan seterusnya,” ujarnya.
Oleh karena itu dirinya juga meminta agar generasi muda juga jangan menjadi silent majority untuk tidak menebarkan konten-konten perdamaian kepada masyarakat. Karena menurunya silent mayority itu sebetulnya karena mungkin bukan hanya soal psikologis, tapi mungkin karena infrastruktur yang masih belum menunjang.
“Kalau kita sering dialog seperti ini lalu kita dorong ada program-program yang sifatnya taktis, lalu mereka kemudian berani membuka diri untuk berbicara saya kira perlahan akan berdampak positif tidak lagi menjadi silent majority, tapi memang sudah waktunya untuk bicara bahwa memang ada hal kebaikan ada nilai-nilai positif ada perdamaian yang selama ini harus ditularkan, harus dikampanyekan di media social,” ujarnya.
Oleh karena itu dirinya menganggap keberadaan Duta Damai Dunia Maya BNPT ini sangat penting mengingat 80 persen lebih masyarakat terutama generasi Z itu mengakses internet, terutama dalam literasi agama. Apalagi dari 80 lebih persen itu mereka merujuk internet sebagai salah satu rujukan di dalam fatwa keagamaan yang ternyata agama yang keras, yang radikal dan seterusnya.
“Nah maka itu menurut saya tugas yang juga ‘ceruk’ dari kita semua untuk kemudian teman-teman dari Duta Damai tadi didorong juga membuat satu konten-konten dakwah-dakwah, katakanlah dakwah agama yang itu berasal dari kyai-kyai yang expert di bidangnya,” ujar pria yang juga Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (UPT PKM) Universitas Brawijaya ini.
Hal itu sebagai upaya untuk disampaikan kepada publik bahwa ini ada agama yang damai agama yang substansial dan seterusnya. “Nah itu menurut saya perlahan harus didorong ke sana gitu ya, karena kalau tidak demikian maka (dunia maya) akan didominasi oleh mereka (kelompok radikal),” katanya mengakhiri.
Acara Dialog Kebangsaan yang diikuti para generasi muda, mahasiswa, maupun komunitas kepemudaan ini dirangkai dengan pemberian santunan kepada anak yatim yang ada di Kota Malang dan dilanjutkan dengan Buka Puasa bersama. Acara ini dihadiri Direktur Pencegahan BNPT, Prof. Dr. Irfan Idris, MA dan Kasubdit Kontra Propaganda BNPT, Kolonel Sus. Drs Solihuddin Nasution, M.Si.