Duta Damai dan Duta Santri Harus Bangun Inisiatif Baru Dalam Sebarkan Konten Perdamaian Baik Online maupun Offline

Jakarta – Angka serangan teror secara terbuka di Indonesia dari tahun
2018 sampai 2023 terus menunjukkan penurunan. Bahkan tahun 2023
kemarin tercatat zero terrorist attack atau tanpa ada serangan teroris
di Indonesia. Ini mengindikasikan bahwa Indonesia negara aman. Namun
fakta itu tidak boleh membuat bangsa Indonesia lengah, tetapi
langkah-langkah pencegahan terus harus dilakukan secara masif.

Hal itu dikatakan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Priof. Dr. Irfan Idris, MAg,
saat menutup Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Duta Damai dan Duta
Santri 2024 di Jakarta, Kamis (22/2/2024).

Prof Irfan mengungkapkan, dari Data I-KHUB BNPT Tahun 2023 dan hasil
penelitian Setara Institute tahun 2023, menunjukkan di bawah permukaan
terjadi tren peningkatan proses radikalisasi di kalangan perempuan,
anak, dan remaja.

“Jika kita abai membangun daya tahan terhadap paparan radikal yang
diawali dengan sikap intoleran, menebar kebencian, memaksakan
kebenaran dengan menggunakan kekerasan kepada generasi muda, sama saja
dengan mewariskan kehancuran bangsa di masa depan,” ujar Prof Irfan.

Maka, lanjut Prof Irfan, dibutuhkan strategi, kebijakan dan program
nasional yang mengarah pada perlindungan sosial dan ideologi pada
perempuan, anak, dan remaja. Penguatan strategi simultan
penanggulangan terorisme dilakukan melalui penegakan hukum yang tegas
dan proaktif, serta memperkuat ketahanan publik.

“Dengan dilaksanakannya Rakornas BNPT 2024 maka terbentuklah Program
Prioritas BNPT Tahun 2024, yang akan menjadi fokus penanggulangan
terorisme tahun 2024,” terangnya.

Ketujuh Program Prioritas itu meliputi Program Perlindungan Perempuan,
Anak, dan Remaja, Program Pembentukan Desa Siap Siaga, Program
Pembentukan Sekolah Damai, Program Pembentukan Kampus Kebangsaan,
Program Asesmen Pegawan dengan Tugas Risiko Tinggi, Program Penanganan
WNI yang Terafiliasi FTF, dan Program Reintegrasi dan Reedukasi Mitra
Deradikalisasi serta Keluarga di Luar Lapas.

“Dengan adanya program prioritas BNPT ini, yang mempunyai gagasan dan
upaya dalam mengembangkan budaya damai melalui kebajikan dan praktik
intoleransi yang melibatkan warga sekolah secara partisipatif,
kolaboratif, dan kreatif, tentunya melibatkan duta damai dan duta
santri BNPT dalam pelaksanaanya,” papar Prof Irfan.

Ia menjelaskan, bahwa ada beberapa program kegiatan yang dilakukan
pada program prioritas ini yaitu pelatihan guru, sosialisasi, pentas
seni budaya, lomba kreatifitas siswa, monitoring.

Untuk monitoring ini, urai Prof Irfan, akan dilakukan pembinaan
keberlanjutan terhadap sekolah yang akan dilakukan BNPT, NGO, dan duta
damai untuk mencapai sekolah toleran dan keberagaman.

“Sebaga respon terhadap inisiatif ini, BNPT mengajak duta damai dalam
pelaksanaan Program Sekolah Damai pada tahun 2024. Diharapkan duta
damai dapat membangun dalam meminimalisir terjadinya konflik dan
intoleransi di lingkungan sekolah terutama tingkat SMA dan sederajat,”
tuturnya.

Lebih jauh, Prof Irfan mengatakan, Program Sekolah Damai harus
memasukkan kurikulum yang kaya akan materi tentang keberagaman budaya,
agama, dan etnis. Duta damai juga dapat berperan menjadi pembicara
atau mengadakan sesi diskusi untuk memperkaya pemahaman siswa tentang
aktivitas duta damai dalam menyebarkan perdamaian baik secara online
maupun offline.

“Kemudian dapat membantu mengorganisir kegiatan bersama siswa, guru,
orang tua, dan anggota masyarakat setempat. Semua ini bertujuan agar
para guru, siswa, dan komite sekolah bisa menjadi influencer digital
yang mempromosikan nilai-nilai positif kepada generasi muda dan
masyarakat luar,” pungkas Prof. Irfan.