Jakarta – Kemajuan teknologi digital yang begitu pesat terutama melalui dunia maya saat ini telah banyak digunakan oleh para anak muda generasi milenial. Namun jika penggunaan dunia maya tersebut tidak digunakan secara benar, tentunya hal tersebut akan menimbulkan dampak negatif seperti penyebaran ujaran kebencian, berita bohong (hoax) dan yang lebih bahaya lagi penyebaran paham radikal terorisme yang semuanya itu dapat memecah persatuan.
Hal tersebut dikatakan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Jenderal TNI (Purn) Wiranto, usai Pengukuhan Duta Damai Asia Tenggara 2019 di acara “Regional Workshop on Establishing Youth Ambassadors for Peace Against Terrorism and Violent Extremism” yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Ecovention, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Rabu (24/4/2019) petang .
“Kita tahu bahwa saat ini dengan kemajuan teknologi yang pesat itu penggunanya kebanyakan anak muda, kaum milenial. Padahal dalam teknologi maju yang berkembang dengan pesat seperti sekarang ini, tentunya juga bisa dimanfaatkan oleh kaum terorisme dan radikalisme untuk menyebarkan ide dan gagasannya. Karena mereka (kelompok terorisme) juga ada dan bermain di wilayah ini (dunia maya),” ujar Menko Polhukam Wiranto kepada wartawan usai acara tersebut
Menurutnya, dengan dimanfaatkannya dunia maya oleh jaringan kelompok terorisme, maka bukan tidak mungkin para generasi muda yang aktif memanfaatkan dunia maya ini bisa terpapar paham-paham radikla terorisme tersebut. Untuk itu perlunya generasi milenial ini membentengi dirinya agar tidak mudah terpapar paham radikal terorisme tersebut.
Baca juga : Pakar Internasional dan Nasional Bekali Duta Damai Asia Tenggara Pengetahuan Kontra Terorisme
“Dan Pak Suhardi Alius (Kepala BNPT) meminta untuk mewaspadai masalah ini dan kemudian juga mengaktifkan dan menginisiasi Duta Damai Dunia Maya bagi kaum millenial se-Asia Tenggara untuk mengikuti pelatihan dalam upaya menyebar pesan-pesan perdamaian. Hal ini agar mereka dapat membentengi diri mereka sendiri, yakni dari mereka dan untuk mereka, sehingga mereka punya peran penting dalam menyebarkan pesan-pesan perdamaian melalui dunia maya,” kata mantan Menhankam/Panglima ABRI ini.
Dengan adanya workshop ini menurutnya para generasi muda tersebut sekarang ini menjadi paham bahwa ada kewajiban dari kaum milenial untuk dapat membentengi diri mereka sendiri. “Ini agar kaum muda ini tidak mudah terpengaruh terorisme dan radikalisme. Dan saya kira itu sesuatu yang sangat bagus,” ujar alumni AMN tahun 1968 ini.
Ketika ditanya seberapa banyak anak muda yang dapat terpapar paham radikal terorisme melalui dunia maya tersebut, Menko Polhukam mengaku kalau besaran rasionya tidak bisa dihitung secara matematis. Tetapi dengan banyaknya anak muda sekarang ini yang menggunakan teknologi digital, internet kalau tidak mempunyai daya tangkal yang baik dalam menggunakan dunia maya bukan tidak muangkin akan mudah terpengaruh.
“Kelompok radikal terorisme ini juga bermain di situ (dunia maya) untuk menyebarkan paham radikal terorisme, melatih atau membuat/merakit bom, itu kan dari internet semua. Kalau anak muda ini tidak punya kekebalan, tidak punya pertahanan yang kuat, tentunya akan mudah terpapar. Dan Pak Suhardi Alius sekarang membuat suatu inisiasi untuk memperkuat daya tahan mereka terhadap pengaruh radikalisme melalui Duta Damai Dunia Maya ini,,” kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) ke-19 ini .
Dalam kesempatan tersebut mantan Pangkostrad ini juga mengatakan bahwa kejadian ledakan bom yang terjadi di beberapa lokasi di Sri Langka merupakan tindakan yang sangat biadab, sangat keji. Kejadian tersebut menurutnya merupakan ancaman dunia yang mesti dilawan secara bersama-sama karena kejadian seperti di Sri Langka itu bisa terjadi dimana saja.
“Bukan kekhawatiran, tetapi kewaspadaan kita semua. Tidak hanya di Indonesia saja, tetapi di seluruh dunia menyatakan bahwa perang terhadap terorisme itu adalah suatu kewajiban, kebersamaan. Karena tidak ada satu negara yang mampu untuk melawan terorisme sendirian, tidak bisa itu. Harus ada kerjasama,” ujar mantan Pangdam Jaya ini mengakhiri.
Seperti diketahui, Workshop Duta Damai Asaia Tenggara tahun 2019 ini diikuti sebanyak 110 orang generasi muda. Selain 60 orang dari Duta Damai Dunai Maya Indonesia, sebanyak 50 orang peserta berasal dari Singapura, Malaysia, Thailand, Myanmar, Laos, Kamboja, Filipina, Vietnam dan Brunei Darussalam. Acara tersebut digelar pada 22-25 April 2019. Di Indonesia sendiri BNPT telah memiliki sebanyak 780 orang Duta Damai di Dunia Maya yang tersebar di 13 provinsi.