Dunia Maya Menjadi Tumpuan Masyarakat Dalam Mencari Informasi

Jogjakarta — Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kembali hadir di jogja dalam rangka melaksanakan kegiatan Sarasehan Pencegahan Paham Radikal Terorisme Dan ISIS Di Kalangan Penggiat Dunia Maya. Dalam kegiatan yang dibuka oleh Mayjen. Abdul Rahman kadir. Selaku Deputi I BNPT tersebut menghadirkan beberapa narasumber antara lain, Brigjen Pol. Hamidin, Direktur Pencegahan BNPT, Nezar Patria, Dewan Pers. Setiaji Eko Nugroho, Masyarakat Anti Hoax.

Dalam sambutanya Abdul Rahman mengatakan bahwa sekarang ini dunia maya telah menjadi tumpuan masyarakat dalam mencari berbagai informasi maupun berbagai keperluan, jika hal tersebut dipenuhi oleh konten Hoax dan radikalisme maka masyarakat akan mudah terprovokasi karena kelompok radikal menyebarkan konten paham radikal terorisme melalui bungkus hoax yang sesungguhnya kecenderungan masyarakat kita jarang sekali untuk mengecek berita yang didapat melalui dunia maya.

Melihat berbagai fenomena tersebut, presiden Jokowi kemudian mengumpulkan semua Kementerian dan Lembaga Negara untuk serius merespon hoax dan sebaran konten paham radikal terorisme di media sosial. Dalam pertemuan tersebut presiden mengintruksikan dua hal terkait dunia maya. Pertama, Penegakan hukum secara tegas terhadap penyebar berita, dan kedua, Peningkatan edukasi dan literasi terhadap masyarakat dalam memanfaatkan dunia maya.

Selain bersinergi dengan K/L, pemerintah tidak bisa bekerja sendirian, perlu mendapatkan dukungan dari semua elemen masyarakat, oleh karenannya “penting melakukan jejaring dengan penggiat media sosial”. Ungkap abdul rahman dalam sambutanya di Hotel Alana, Jogjakarta, kamis, 2/17.

Keterlibatan penggiat media sosial dalam upaya menghadang hoax dan paham radikal terorisme menjadi begitu penting, karena akan langsung menyasar pada masyarakat yang keseharianya terkoneksi dengan berbagai aplikasi media sosial, oleh karenanya energi positif tersebut harus dikelola dengan baik mengingat
Kecenderungan masyarakat saat ini malas kroscek terhadap validitas berita yang tersebar di media sosial.

Dengan semakin berkembangnya media sosial, kelompok radikal teroris juga melakukan perubahan pola propaganda dan bahkan perekrutan, jika dahulu kelompok radikal menyebarkan propaganda melalui pertemuan-pertemuan kecil, saat ini telah mulai menggunakan media sosial bahkan bisa melakukan baiat secara online, efeknya telah bisa dilihat dengan kejadian beberapa penyerangan yang dilakukan oleh anak muda yang terkena virus paham radikal terorisme kemudian melakukan penyerangan sendiri atau yang dikenal dengan sebutan “lone wolf”.

Diakhir sambutanya abdul rahman berharap dengan berkumpulnya penggiat media sosial tercapai suatu pemahaman yang sama bahwa betapa paham radikal terorisme begitu berbahaya terlebih dibungkus dengan berita-berita hoax, kemudian bersama tercipta sinergi yang kuat untuk berupaya bersama cegah paham radikal terorisme di dunia maya.