Ankara – Iran menerjukan 120 ribu pasukan teroris asing ke Suriah untuk mendukung sekutunya, Presiden Suriah, Bashar Assad, meningkatkan operasi militer terhadap pejuang oposisi di negara tersebut. Rezim Assad dilaporkan bersandar pada milisi-milisi asing tersebut untuk menggantikan tentaranya yang sudah rapuh melawan pejuang oposisi.
Kelompok milisi Syiah dukungan Iran itu tersebar di sekitar Idlib (barat laut), Damaskus (selatan) dan Deir Zour (timur). Setidaknya 20 kelompok milisi teroris asing dukungan Iran mengepung wilayah oposisi di Idlib dari tiga sisi. Mereka juga mendirikan 232 titik militer di sekeliling Idlib.
Kantor berita Turki Anadolu Agency, Minggu (23/9), menyebutkan, berdasarkan penggalian informasi dari media Iran dan sumber oposisi diketahui bahwa intervensi Iran melalui milisi-milisi asing bentukannya ke Suria itu dimulai di awal 2014.
Namun menurut sumber-sumber oposisi bersenjata Suriah, milisi Hizbullah yang didukung Iran masuk pertama kalinya ke Suriah pada akhir 2012, terutama saat menggelar operasinya di perbatasan Lebanon-Suriah. Enam bulan kemudian, milisi tersebut memainkan peran kunci dalam mengendalikan Kota Al-Qushir di provinsi barat daya Homs (Suriah tengah).
Sejak dimulainya intervensi militer Iran, para perwira Garda Revolusi Iran aktif di Suriah menjadi instruktur militer. Sebagian lain muncul di dalam barisan pasukan asing pendukung Assad.
Selain intervensi dalam pertempuran, Iran juga memberikan dukungan logistik dan pelatihan kepada milisi yang berperang di Suriah di barisan rezim.
Intervensi Iran semakin intensif ketika faksi-faksi oposisi mampu mengontrol semua provinsi Idlib, pada bulan April 2015. Sejak saat itu, rezim mengakui jumlah tentaranya turun drastis dan mengalami kesulitan.
Iran kemudian kian menggencarkan pengiriman puluhan ribu militan asing dari Irak, Afghanistan dan Pakistan.
Milisi-milisi teroris itu memainkan peran penting dalam pengepungan wilayah oposisi di Damaskus, seperti Zabadani, Madaya dan Wadi Barada. Di mana puluhan warga sipil meregang nyawa akibat kelaparan setelah seluruh jalur pasokan diputus. Kondisi itu akhirnya memaksa pejuang oposisi menyerah kepada rezim dan dievakuasi ke Idlib.
Mereka juga memiliki peran penting dalam perebutan Aleppo dari tangan oposisi. Cara yang dilakukan sama, mengepung kemudian serangan udara.
Iran juga harus membayar mahal keterlibatannya di Suriah. Setidaknya 15 jenderal tewas di Suriah. Sementara jumlah prajurit yang tewas di tangan pejuang oposisi mencapai ribuan.