Bandung – Sekretaris Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Barat Dr. Phil. Gustiana menyatakan bahwa Jawa Barat masih saja menjadi lahan subur penyemaian bibit radikalisme. Terakhir, beberapa hari lalu seorang terduga teroris berinisial RPW ditangkap petugas Densus 88 AT Mabes Polri di Majalengka, Jawa Barat.
“Oleh karena itu program pencegahan terorisme yang telah dikerjakan BNPT melalui FKPT Jabar selama ini belum memadai, mengingat beratnya masalah yang dihadapi dan luasnya wilayah Jabar” kata Doktor Kajian Islam dan Timur Tengah lulusan Jerman ini pada kegiatan Bedah Buku “Mudah Mengkafirkan: Akar Masalah, Bahaya, dan Terapinya” di LPPM UPI, Selasa (29/11/2016).
Dia menjelaskan hasil riset potensi radikalisme dan terorisme di Jawa Barat menunjukkan indikasi ambigu budaya dari kepribadian warga. Di satu sisi masyarakat Jawa Barat dikenal dengan slogan “someah ka semah” atau ramah terhadap tamu/orang lain, ditunjang dengan budaya silih asih, silih asah, dan silih asuh yang merupakan nilai luhur masyarakat Sunda. Namun di sisi lain, paham intoleran malah mendapat tempat, termasuk paham takfiri.
Kepala Bagian Hubungan Antar Lembaga BNPT Dr. H. Muslih Nashoha, M.M., menambahkan pada prinsipnya paham takfiri ini tidak bisa menerima perbedaan, merasa paling benar sendiri, serta menyalahkan semua hal dan orang lain di luar dirinya, kelompoknya, dan keyakinannya. Bahkan dengan mudah mengkafirkan untuk membenarkan kesalahan pandangan mereka tentang jihad yang sarat kekerasan dalam situasi damai.
“Dalam konteks tersebut buku ini penting dibedah secara ilmiah, supaya masyarakat dapat mewaspadai, mendeteksi dini, dan mencegah dini agar tidak makin berkembang” tambahnya.
Buku “Mudah Mengkafirkan: Akar Masalah, Bahaya, dan Terapinya” adalah terjemahan dari artikel Syaikh Athiyatullah Al-Liby yang berjudul Jawabu Su’al Jihad Ad-Daf’i, yang secara harfiah berarti Jawaban Atas Pertanyaan Tentang Jihad Defensif. Artikel tersebut membahas fenomena mudahnya mengkafirkan sesama yang memberikan efek buruk bukan hanya kepada aspek agama, tapi juga kepada hubungan baik sesama manusia