DPRD Jatim Serukan Sekolah Perkuat Mitigasi Radikalisme Pasca Ledakan SMAN 72 Jakarta

DPRD Jatim Serukan Sekolah Perkuat Mitigasi Radikalisme Pasca Ledakan SMAN 72 Jakarta

Surabaya — Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, Puguh Wiji Pamungkas, menyerukan seluruh sekolah di wilayah Jatim untuk memperkuat langkah mitigasi terhadap potensi radikalisme di lingkungan pendidikan.

Seruan ini disampaikan Puguh menyusul peristiwa ledakan di masjid SMAN 72 Jakarta pada Jumat (7/11/2025), yang memicu keprihatinan nasional terkait maraknya paparan ideologi kekerasan di kalangan pelajar.

“Peristiwa di SMAN 72 Jakarta menjadi alarm bagi kita semua. Ini menegaskan pentingnya peran keluarga dan sekolah dalam membentengi anak-anak dari paham radikal,” ujar Puguh, di Surabaya, Senin (10/11/2025).

Sekretaris Fraksi PKS DPRD Jatim itu menilai, ancaman penyebaran paham ekstrem kini semakin nyata seiring mudahnya akses anak muda terhadap konten berbahaya di ruang digital. Ia menyoroti bahwa berbagai ajaran kekerasan dapat tersebar luas melalui media sosial, platform video, hingga forum daring yang menjangkau remaja.

“Paham-paham seperti itu bisa menyusup lewat YouTube atau media sosial. Karena itu, keluarga harus menjadi benteng pertama dalam mencegah doktrinasi terhadap anak-anak,” tegasnya.

Menurut Puguh, peran sekolah sama pentingnya dalam membangun karakter, literasi kebangsaan, serta kemampuan berpikir kritis siswa. Ia mendorong seluruh SMA, SMK, dan SLB di Jawa Timur untuk secara rutin mengadakan pembinaan karakter dan edukasi digital agar pelajar tidak mudah terpengaruh paham kekerasan.

“Sekolah perlu memperkuat pengawasan perilaku siswa dan menggelar kegiatan pembinaan yang konsisten. Langkah mitigasi harus nyata, supaya paham radikalisme tidak sempat tumbuh di lingkungan pendidikan,” ujarnya.

Politisi asal Malang Raya itu mengingatkan, terdapat hampir 4.000 satuan pendidikan menengah di bawah kewenangan Pemprov Jatim, sehingga diperlukan sinergi antara guru, orang tua, dan pemerintah daerah dalam membangun sistem deteksi dini terhadap potensi paparan ideologi ekstrem.

“Kita semua berharap peristiwa seperti di Jakarta tidak terjadi di Jawa Timur. Ini momentum bagi sekolah dan keluarga untuk lebih proaktif melindungi anak-anak dari paham menyimpang,” tuturnya.

Puguh juga mengingatkan bahwa usia remaja merupakan fase paling rentan terhadap pengaruh ideologi kekerasan. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas elemen, mulai dari sekolah, guru, keluarga, ormas, hingga masyarakat luas untuk membentuk generasi muda yang berjiwa toleran dan berkarakter kebangsaan. “Anak SMA adalah kelompok yang mudah terpengaruh. Karena itu, semua pihak harus memberikan bimbingan, kontrol, dan pendampingan yang berkelanjutan,” pungkasnya.