Divhumas Polri Gelar Forum Group Discusion kontra Radikalisme bersama Eks Napiter di Lampung

Jakarta – Divisi Humas (Divhumas) Polri menggelar Forum Group Discussion (FGD) Kontra Radikalisme bersama Eks Napiter di Mapolres Pringsewu Polda Lampung, Senin (29/5/2023).

Kegiatan FGD yang berlangsung di Aula Mapolres Pringsewu ini dibuka oleh Kapolres Pringsewu AKBP Benny Prasetya dan dihadiri unsur Kepolisian, TNI, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tokoh agama, Akademisi hingga mahasiswa.

Divhumas Polri yang dipimpin AKBP Gatot Hendro Hartono mengatakan, program kontra radikal merupakan program yang bertujuan membangun personal guna mencegah dan membentengi diri dari pengaruh radikalisme.

“Saat ini paham radikalisme dan separatisme banyak diembuskan oleh kelompok tertentu melalui berbagai elemen. Tujuannya merubah paham seseorang menjadi radikal,” kata AKBP Gatot dalam keterangannya, Senin (29/5).

Perwira menengah Polri yang menjabat Kasubbag Berita Bagpenum Ropenmas Divhumas Polri ini menambahkan, perlu ada upaya dan sinergi yang kuat antara pemerintah dan seluruh elemen masyarakat.

“Baik tokoh agama, masyarakat, adat dan pemuda untuk terus berperan aktif guna menangkal penyebaran paham radikalisme tersebut,” beber dia.

Muhammad Nasir Abas, mantan tokoh Jamaah Islamiyah (JI) yang ditunjuk sebagai narasumber oleh Divhumas Polri pada acara Kontra Radikalisme, bercerita tentang pengalaman masa lalunya saat berada di Akademi Militer Afghanistan selama tiga tahun, saat di Philipina dan tempat lainnya.

Ia mengatakan teroris adalah musuh bersama.

Sehingga Lanjutnya, penanggulangan terorisme dan radikalisme tidak bisa dilaksanakan sendiri oleh kepolisian, namun harus dibantu oleh seluruh elemen masyarakat.

Nasir Abas mengungkapkan bahwa setiap masyarakat berpotensi direkrut oleh kelompok teroris dan kelompok radikal mulai dari diberikan pemahaman yang salah.

“Ada tiga tahapan perilaku masyarakat menuju ke terorisme. Pertama intoleran, kemudian radikal lalu puncaknya menjadi teroris,” bebernya.

Ini berpesan agar Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika diperkuat dan dipegang teguh oleh masyarakat, karena dua hal tersebut merupakan senjata utama untuk melawan terorisme dan radikalisme.