Beberapa hari belakangan ini perhatian dunia sedang terarah ke Indonesia, utamanya terkait dengan kesuksesan negeri ini dalam meminimalisir pertumbuhan ideologi maupun gerakan terorisme. Khusus untuk kasus ISIS misalnya, banyak negara tampak jelas keheranan terhadap fakta ini; Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, namun ISIS tidak mendapat respon baik di sini.
Menanggapi hal ini, Direktur Perlindungan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Drs Herwan Chaidir menyatakan bahwa masyarakat saat ini sudah semakin tanggap dalam merespon segala hal yang berbau radikalisme dan terorisme. “Masyarakat mengerti bahwa ISIS tidak sesuai dengan Islam. Mereka melihat apa yang dilakukan ISIS sangat jauh dari ajaran Islam; Islam mengajarkan perdamaian dan keselamatan, sementara ISIS tidak,” ungkapnya ketika ditemui di ruang kerjanya di kedeputian I BNPT.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa para terpidana kasus terorisme yang telah ditangani kebanyakan tidak kembali lagi pada ideologi maupun kelompok terornya. “Dari 700-800 terpidana yang sudah tertangkap, hanya sekitar 25 orang yang kembali. Mereka yang tidak kembali, justru aktif melakukan kampanye damai bersama kita,” ungkapnya.
Ia juga menyatakan bahwa banyak dari kelompok teroris itu sebenarnya adalah orang-orang cerdas, karenanya mereka tahu bahwa ISIS tidak sesuai dengan Islam. Sehingga mereka tidak terpengaruh untuk ikut bergabung dengan kelompok pembuat teror itu. Disamping itu, pemerintah juga care terhadap penanganan terorisme, hal ini ditunjukkan salah satunya melalui penguatan BNPT. “BNPT saat ini sudah semakin baik, tahun ini kita sudah punya Pusat Media Damai (PMD) yang fokus melakukan kampanye damai di dunia maya. Kedepan kita tentu akan semakin baik,” jelasnya.
Ketika disinggung tentang tantangan penanganan terorisme di tahun 2016 ini, pencetus program pencegahan di Densus 88 itu menyatakan dengan tegas bahwa terorisme tahun ini masih akan terus bercokol di dunia maya, karenanya upaya untuk membanjiri dunia maya dengan konten-konten positif harus terus digalakkan.
Namun ia juga mengingatkan bahwa aspek pembinaan harus tetap dilakukan, “Kelompok Teroris itu berisi orang-orang yang semula bersaudara dengan kita, tapi karena ideologi salah mereka menjauh”. Ia yakin dengan pembinaan yang tepat, mereka yang sempat jauh itu akan menjadi dekat kembali dan dapat bersama membangun negeri.