Jakarta – Merebaknya paham dan aksi teror belakangan ini tentu menggugah kesadaran banyak pihak terkait bahaya aksi dan idiologi kekerasan ini. Sebagai kejahatan yang masuk kategori luar biasa (extra ordinary crime) upaya penanggulangan terorisme tidak hanya bisa dilakukan dengan aspek penegakan hukum, diperlukan pula upaya pencegahan untuk memastikan paham kekerasan ini tidak mendapat tempat di masyarakat.
Bagi direktur Perlindungan BNPT, Brigjen. Pol. Herwan Chaidir, pencegahan paham teror harus dilakukan sejak dini. Yakni dengan mencegah tumbuhnya benih-benih kebencian yang biasa tampak dalam bentuk hate speech, stigma, dst. “Benih-benih kebencian seperti hate speech harus dicegah, jangan sampai berkembang,” jelasnya. Pernyataan ini ia sampaikan saat membuka Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan buku panduan sistem keamanan lingkungan satuan pendidikan kerjasama (SPK) dan transportasi terminal angkutan jalan dalam menghadapi ancaman terorisme 2017, di Jakarta siang ini, Selasa, (30/05/17).
Jenderal bintang satu kelahiran Palembang 7 Oktober 1963 ini menekankan bahwa kelompok teroris tidak mati, mereka disebutnya hanya tidur. “Kelompok teroris ini tidak benar-benar mati, mereka tidur. Kita biasa mengenalnya dengan istilah Sleeping Cell,” jelasnya lagi. Menurutnya, karena sifat kelompok teror yang tidak mati ini, maka ancaman terorisme bisa muncul kapan saja dan di mana saja.
Secara khusus, mantan Kapolres Gorontalo itu menyebut bahwa pengaruh ideologi teror yang sangat massif saat ini berasal dari kelompok teroris internasional ISIS. Menurutnya, pengaruh ISIS tidak hanya mengancam masyarakat di Indonesia, seperti yang terjadi pada serangan bom bunuh diri di Kampung Melayu beberapa waktu lalu, melainkan juga mengancam masyarakat di banyak negara, seperti yang terjadi di Manchester, Inggris baru-baru ini.
Mantan analis utama di Bareskrim Polri ini juga menyebut bahwa salah satu persamaian paham radikal-terorisme adalah dunia maya, utamanya melalui media sosial. Karenanya ia meminta agar masyarakat menggunakan media sosial dengan cerdas.
“Jangan sampai asal ikut share tanpa membaca dan menelitinya terlebih dahulu, karena itulah yang diinginkan oleh kelompok teroris, yakni tersebarnya ideologi dan berbagai muatan kebencian dan permusuhan yang ada di dalamnya,” sambungnya lagi.
Terkait dengan FGD Penyusunan buku panduan sistem keamanan lingkungan satuan pendidikan kerjasama (SPK) dan transportasi terminal angkutan jalan yang digelar di hotel Cipta Pancoran siang ini, ia berharap agar proses penyusunan buku dilakukan secara serius agar hasilnya bisa maksimal. Ia pun berharap agar buku ini nantinya dapat diaplikasikan di banyak tempat sehingga manfaatnya dapat dirasakan lebih banyak pihak.