Direktur  Pencegahan BNPT: Siapa Bilang Deradikalisasi Gagal

Medan (30/3l17). Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. Drs. Hamidin dalam paparannya pada dialog dengan komunitas seni dan budaya di hotel Polonia, Medan menegaskan bahwa masih banyak kalangan yang belum mengerti tentang program-program yang diselenggarakan oleh BNPT seperti kontra radikalisasi dan deradikalisasi akibatnya dengan gamblang mengatakan deradikalisasi gagal padahal seandainya mereka mengikuti kegiatan BNPT di lapangan mereka pasti sadar betapa kemajuan yang telah dicapai BNPT mulai berdirinya sampai saat ini.

“Kontra Radikalisasi adalah sebuah program yang dicanangkan BNPT untuk mengcounter pengaruh radikalisme yang sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat baik melalui dunia maya maupun secara langsung.. sasaran utamanya program ini adalah masyarakat yang belum terkapar dengan radikalisme dan juga keluarga para mantan terorisme. Program ini dimaksudkan untuk menekan jumlah masyarakat yang terlibat dalam pemikiran radikalisme yang biasanya berimba sebagai terorisme atau dengan kata lain kontra radikalisasi  adalah upaya mengcunter pemikiran radikalisme. Sementara Deradikalisasi adalah sebuah program yang bertujuan menetralkan pemikiiran-pemikiran bagi mereka yang sudah terkapar dengan radikalisme. Sasaranya adalah para terorisme baik yang ada di dalam lapas maupun yang ada di luar lapas. Tujuannya adalah untuk membersihkan pemikiran-pemikiran radikalisme yang ada pada mereka sehingga mereka bisa kembali menjadi masyarakat biasa sebagaimana masyarakat lainnya atau dengan kata lain menetralisir pemikiran radikalsime menjadi tidak radikal lagi”. Demikian kata hamidin.

Lebih lanjut ia menegaskan bahwa jika membandingkan kwalitas para teroris pra dan paska berdirinya BNPT sangat jauh berbeda. Sebelum BNPT lahir, aksi-aksi terorisme di Indonesia cukup massif dan terjadi di mana-mana dari waktu ke waktu khususnya pasca pemboman Bali. Selain itu kwalitas rakitan bom yang mereka buat cukup dahsyat. Sekarang setelah BNPT tampil sebagai leading sector dalam penanggulangan terorisme, aksi-aksi terorisme sudah jarang sekali terjadi. Jika terjadi aksi teroris di suatu tempat itu sangat sederhana bila dibanding dengan bom bali. Bom-bom yang dirakit juga tidak sedahsyat dengan bom yang pernah terjadi di beberapa tempat di Indonesia yang bisa menimbulkan banyak korban. Nah ini artinya upaya-upaya yang dilakukan oleh BNPT melalui programnya sudah sangat efectif untuk menurunkan tingkat kehebatan para teroris tersebut bahkan teroris saat ini sudah tidak lagi memiliki kemampuan sebagaimana sebelumnya. Ini disebabkan karena beberapa pentolan mereka sudah sadar dan kembali bergabung ke dalam NKRI melalui program-program yang dicanangkan BNPT selama ini.

Hamidin menjelaskan bahwa  hanya di Indonesia saja, aparat keamanan termasuk dirinya sendiri yang bisa secara langsung berkomunikasi dengan para teroris yang ada dalam Lapas bahkan secara rutin ia berkomunikasi dengan mereka di lapas-lapas sehingga demikian muncul kesadaran diri mereka untuk bertaubat dan menyesali apa yang mereka telah lakukan. Ini adalah bentuk pendekatan BNPT yang dilakukan dalam upaya menyadarkan mereka. Di beberapa negara, aparat tidak akan mungkin diterima oleh para teroris apalagi duduk bersama dengan mereka dalam Lapas. Lalu dimana letak kegagalan BNPT. Itu adalah sebuah kesimpulan yang keliru.

Dalam dialog dengan Komunitas seni dan budaya yang dihadiri oleh Perwakilan dari Pemda Sumut, Suryadi Bahar, SH, MH dan  lebih dari 107 seniman dan budayawan, Hamidin mengungkapkan bahwa kekerasan dan terorisme bukanlah budaya bangsa Indonesia. Nah di sini, para seniman dan budayawan juga memiliki peran yang sangat strategis dalam penanggulangan radikalisme dan terorisme karena komunitas ini memiliki kemampuan untuk membangun empati kesadaran bagi setiap individu sehingga tidak mudah terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran radikal yang dianggap sangat bertentangan dengan budaya bangsa ini. Senada dengan itu, Perwakilan Pemda, Surhyadi Bahar juga menjelaskan bahwa kemajuan teknologi yang kini telah dicapai oleh umat manusia juga telah memberikan dampak negative terhadap kehidupan manusia termasuk penyebaran-penyebaran paham radikal melalui dunia maya.