Manado – Duta damai dunia maya sebagai mitra Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) adalah para mujahid NKRI dalam mengkampanyekan perdamaian, baik di dunia maya maupun dunia nyata. Hal itu dikatakan Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, SE, MM, saat mengukuhkan anggota baru Duta Damai Dunia Maya Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) di Manado, Kamis (24/11/2022)
“Saya ingin meyakinkan kepada duta damai dunia maya sebagai mitra BNPT dan FKPT, kalian adalah mujahid NKRI. Kenapa mujahid NKRI? Kelompok radikal itu sering mengklaim semangat jihad, tapi jihad yang salah, menyimpang, tidak sesuai dengan kaidah agama, terutama islam. Maka kita ambil alih, bahwa semangat jihad untuk menegakkan kebenaran, menegakkan komitmen berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945,” ujar Nurwakhid.
Ia menegaskan, bahwa dengan empat konsensus bangsa itu, tidak ada diantara bangsa Indonesia yang mengatakan bahwa Islam, Nasrani, Hindu, Buddha, Konghucu, sebagai ideologi tetapi agama. Karena ideologi Indonesia adalah Pancasila.
Menurutnya, ideologi itu adalah ijtihad. Kalau agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budhha, Konghucu disebut ideologi, para ulama mengatakan bahwa itu adalah distorsi agama dan haram hukumnya karena mereka mendistorsi dan memanipulasi agama.
“Di dunia maya, kalian akan ketemu mereka yang mendistorsi agama. Itu salah satu indikasi orang terpapar paham radikal,” tutur Nurwakhid.
Pada kesempatan itu, Nurwakhid kembali memaparkan ciri-ciri orang terpapar radikalisme dan terorisme. Pertama anti-Pancasila, pro ideologi transnasional seperti khilafah, wahabisme, kapitalisme, liberalism, komunisme, dan KKB di Papua.
Kedua mereka berpaham takfiri yaitu mengkafirkan orang lain berbeda. “Padahal menurut Tuhan sejatinya orang kafir orang yangn sombong. Mereka juga mengkafirkan negara ini karena dianggap negara ini belum berdasarkan hukum agama menurut versi mereka,” tukasnya.
Nurwakhid menegaskan bahwa mereka ingin mendirikan negara berdasarkan syariat agama. Dan itu dinilai hanya ilusi kelompok tersebut. Pasalnya, mereka tidak berpikir substansi. Sementara dasar negara Pancasila sangat agamis yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa.
“Sejatinya menghayati Pancasila sama dengan menghayati agama. Pancasila juga substansi dalam kitab suci agama apapun. Ini harus dicamkan. Pancasila memang bukan agama, dan bukan untuk menggantikan agama, tapi semua sila adalah intisari perintah Tuhan dalam agama,” tegasnya.
Ciri ketiga lanjut Nurwakhid, mereka eksklusif dan intoleransi terhadap keragaman dan perbedaan. Ia menerangkan bahwa semua agama visinya sama. islam menyebut rahmatan lil alamin, Kristen kasih sayang untuk sesama semesta.
“Kalau kasih sayang untuk semesta, rahmatan lil alamin maka wajib inklusif, tidak boleh eksklusif. Kelomopk radikal eksklusif. Menghormati hak asasi manusia cermin inklusifitas.”
Ciri keempat kelompok radikalisme dan terorisme, jelas Nurwakhid, mereka anti terhadap pemerintahan yang sah. Menurutnya, pemerintah anti bukan kritis, bahkan masyarakat semua wajib kritis, kalau pemerintah salah. Tapi kritis itu secara solutif dengan etika dan budi pekerti yang dibenarkan agama.
“Anti disini membangun sikap kebencian dan permusuhan, serta social distrust terhadap pemerintah. Karena mereka gerakan politik. Radikal terorisme mengatasnamakan agama adalah gerakan politik kekuasaan,” ungkapnya.
Terakhir, lanjutnya, anti budaya dan kearifan lokal. Kalau di Jawa atau silam ada anti yasinan, tahlil, maulid, barzanzi, sedakah bumi. Di Bali, anti membawa banten, membawa sajen. Padahal di Bali Tri Hita Karana, itu impelemntasi rahmatan lil alamin. Menjaga keseimbangan dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta.
Ia menegaskan bahwa budaya Indonesia sangat luar biasa dan paling kaya di dunia. Untuk itu, seluruh masyarakat harus mensyukuri. Untuk duta damai dunia maya, wajib mengkreasikan budaya dan kearifan lokal Nusantara sebagai kontra radikalisasi di dunia maya.
“Sebagai mitra bnpt, mujahid NKRI, duta damai dunia maya wajib jadi infliencer dan buzzer guna menarasikan persatuan, perdamaian, cinta tanah air, Pancasila. Karena kewajiban moral kita sebagai anak bangsa untuk terlibat aktif dalam pencegahan radikalisme dan terorisme,” tandas Nurwakhid.