Jakarta – Keberadaan duta damai dunia maya sangat penting dalam membantu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan kontra narasi melawan penyebaran paham radikal terorisme. Hal itulah yang membuat BNPT melalui Pusat Media Damai (PMD) terus menggalang generasi muda untuk menjadi duta damai dunia maya. Salah satunya dengan melakukan regenerasi duta damai dunia maya yang pertama kali dibentuk pada tahun 2016 lalu.
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol R. Ahmad Nurwakhid mengatakan penanggulangan terorisme tidak bisa dilakukan secara hilirisasi atau parsial ketika mereka melakukan aksi saja, tetapi harus dilakukan holistik yaitu sejak dari hulu (pencegahan) dan hilir (penegakan hukum).
“Pencegahan paling hulu adalah kesiapsiagaan nasional, kemudian kontra radikalisasi, dan deradikalisasi,” ujar Ahmad Nurwakhid saat menjadi narasumber pengukuhan Regenerasi Duta Damai Dunia Maya Regional Jakarta di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (22/10/2020).
Deradikalisasi, jelasnya, dilakukan terhadap mereka para pelaku jaringan teror yang levelnya tinggi dan pernah ditangkap dan menjalani proses hukum. Kemudian di tengah adalah kelompok mereka yang sudah terpapar paham radikal tapi belum akut, baru basic, sehingga penanganannya harus dilakukan dengan kontra radikalisasi.
“Karena proses radikalisasi di era modernisasi dan digital sekarang ini dilakukan secara masif dilakukan di dunia maya melalui media sosial sehingga disinilah peran penting PMD dan duta damai dunia maya, dalam melakukan kontra radikalisasi, kontra propaganda, kontra narasi,” terang mantan Kabagbanops Densus 88 Polri ini.
Tentu saja, kata Ahmad Nurwakhid, PMD tidak bisa jalan sendiri tapi harus melibatkan segenap elemen masyarkat, elemen bangsa, terutama generasi muda. Inilah yang menjadi urgensi PMD melekaukan regenerasi duta damai.
“Untuk apa? Untuk merebut menguasai kembali dunia maya dari kelompok radikal terorisme,” tegasnya.
Ia mengaku berulangkali menegaskan kenapa generasi muda harus dirangkul untuk menebarkan konten perdamaian dan konten-konten baik lainnya. Karena faktanya menunjukkan jalinan radikal terorisme di dunia maya telah menjadi fenomena terorisme dunia maya atau cyber terrorism.
“Kita tidak lagi terkejut pelaku teror teradikaliasi dari dunia maya dan tidak bertemu langsung dengan ustad dan pimpinan kelompoknya. Kita lihat bagaimana teroris menikah melalui dunia maya. Ini fenomena baru yang memunculkan masifitas radikalisasi,” ungkapnya.
Ia menerangkan, seperti kelompok JAD yang berafiliasi dengan ISIS, dari Timur Tengah ISIS bisa memerintahkan amaliah jihad di negara masing-masing. Ini adalah contoh fenomena terorisme dengan media maya.
“Dulu hal-hal seperti itu harus langsung dan melalui pelatihan dan lain-lain. Ini sangat bahaya sehingga penting sekali generasi duta damai untuk melakukan kontra narasi dengan konten perdamaian, konten yang baik, danpemahaman agama yang kaffah,” pungkas Direktur Pencegahan BNPT.