Bogor – Terkait serangan teror di Bandara Ataturk, Turki yang hingga kini telah menewaskan 50 orang dan melukai 147 lainnya pagi ini, direktur Deradikalisasi BNPT, Prof. Irfan Idris menegaskan bahwa serangan yang dilakukan di tengah-tengah bulan suci Ramadhan itu sebagai muri kejahatan, bukan Islam.
“Ramadhan harusnya diisi dengan lebih berempati kepada semua makhluk ciptaan tuhan, bukan hanya kepada sesama manusia, tetapi kepada semua makhluk,” jelasnya ketika dihubungi via telpon siang ini.
“Apapun alasannya, serangan bom ini (di bandara Ataturk, Turki, red) murni kejahatan, bukan islam,” lanjutnya menegaskan.
Karenanya ia menekankan perlunya melakukan early warning dan sekaligus early respond terkait kejadian ini. Terdapat setidaknya dua hal yang ditekankan oleh guru besar bidang Politik Islam di UIN Alaudin Makassar ini, yakni; waspada terhadap peredaran isu atau informasi yang tidak lengkap. Diakuinya kejadian di Turki ini akan menyedot perhatian banyak kalangan, utamanya media. Berbagai pemberitaan terkait kejadian ini pun akan segera menyebar di tengah masyarakat.
Pemberitaan yang tidak lengkap terkait kejadian di Turki justru berpotensi membangkitkan empati dan bahkan semangat para militan terorisme, “dan ini yang perlu diwaspadai,” jelasnya.
“Jangan sampai pemberitaan yang tidak lengkap tentang kejadian ini justru digunakan untuk membangkitkan semangat ‘jihad’ para militan, baik yang kini berada di dalam maupun di luar lapas,” lanjutnya.
Hal kedua yang ia tekankan adalah pentingnya melihat kejadian ini sebagai upaya mengingkari keagungan bulan ramadhan. Ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa serangan bom ini tidak mungkin bagian dari perintah agama; ini murni kejahatan!
“Bulan ramadhan adalah bulan penyucian diri, kita jangan empati pada aksi-aksi yang seperti itu (serangan bom, red).”