Sentul — Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Prof. Irfan Idris, MA mengatakan bahwa tantangan penanganan terorisme melalui program deradikalisasi sangat kompleks. Hal ini dikarenakan kejahatan terorisme yang dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa masih belum ditangani secara luar biasa juga.
“Penanganan kejahatan terorisme masih sering mengalami banyak kendala, terutama ketika sudah masuk lapas. Mulai dari jumlah napi yang melebihi kuota atau kurangnya SDM lapas,” kata Irfan Idris dalam kegiatan workshop ‘Penguatan Kapasitas Pelayanan dan Pembinaan Narapidana Terorisme Pusat Deradikalisasi Lapas Khusus Kelas IIB Sentul’ di Sentul, Bogor pada Kamis (9/2/2017).
Selain itu, resiko besar terpaparnya para petugas lapas oleh napi terorisme juga menjadi tantangan dalam proses deradikalisasi ini. Ia mengatakan bahwa interaksi rutin antara petugas lapas dengan napi terorisme sangat beresiko jika tidak dibekali dengan baik.
“Dibandingkan dengan petugas lapas untuk napi lainnya, di lapas khusus teroris ini para petugas harus memiliki basic knowledge tentang terorisme. Mereka harus dibekali tentang ilmu agama dan wawasan kebangsaan agar tidak terpapar paham radikal-terorisme,” jelas Direktur Deradikalisasi BNPT.
Lebih lanjut, Direktur Deradikalisasi BNPT menjelaskan selain membekali para petugas lapas. Para napi terorisme ini juga akan dibina oleh ahli-ahli dalam bidang agama, psikologi, sosiologi, wawasan kebangsaan, pendidikan, dan kewirausahaan.
“Wawasan ini nantinya akan menjadi bekal mereka ketika keluar dari lapas. Semua ini akan kita sampaikan dengan pendekatan khusus agar para napi terorisme ini tidak merasa disalahkan tapi mereka justru akan merasa bodoh sendiri dengan paham paham yang mereka percayai selama ini,” kata Irfan Idris.