Yogyakarta – Hari pertama Workshop Pelatihan Duta Damai Dunia Maya di Yogyakarta, Selasa (19/7/2016) langsung diwarnai ketegangan dan mencekam, yang berbau suasana pertobatan. Itu terjadi saat artis dan juga aktivis kemanusiaan Dik Doank turun arena memberikan motivasi dan pembengkalan.
Dengan caranya yang khas, Dik Doank mampu menghipnotis dan membawa para peserta ke alam ‘ghaib’ saat mengajak para peserta memahami arti hidup dan makna Asmaul Husna dalam hubungannya dalam penciptaan manusia.
Dik Doank mengawali motivasinya dengan mengajak para peserta memahami arti dan kapan menggunakan hati secara ikhlas. “Islam itu mengajarkan keseimbangan, jadilah orang yang wajar,” kata Dik sambil berekspresi unik seakan memberikan bisikan kepada peserta dengan penekanan-penekanan tertentu.
Dari situ, Dik terus membawa peserta memahami arti hidup dan kehidupan. Ia juga mengumpamakan manusia dalam dua golongan ilmu yaitu ilmu bulan dan ilmu matahari. Menurutnya ilmu bulan itu artinya mereka itu adalah golongan orang yang merasa seakan bulan sebagai asal cahaya, padahal bulan tidak punya cahaya, tapi cahaya itu berasal dari matahari.
Ilmu matahari adalah orang yang rendah hati dan mendengar saja siapapun yang bicara, apakah itu ulama, biksu, pendeta, dan lain-lain. Dengan begitu otomatis yang buruk akan terbuang dengan sendirinya dan yang baik juga terpilah-pilah sendiri.
“Yang baik itu ilmu. Ilmu itu cahaya. Cahaya itu nur. Nur itu berada di intisari hati bernama kolbu. Kalau kolbu hidup dan menyala tentu butuh minyak yaitu kebaikan hidup dari hari ke hari. Maka nama Allah atau Asmaul Husna yang 99 itulah sebagai sumbu hidup yang membuat menyala,” ungkap Dik tanpa menghilangkan ekspresi.
Selain memberikan motivasi, Dik juga melakukan interaksi dengan para peserta. Langkah ini dilakukan karena menurutnya para calon duta damai harus benar-benar memahami arti hidup dan arti islam sebelum nanti benar-benar menjadi duta damai dunia maya.
“Aku ingin para peserta ini bisa naik kelas. Jangan katakana Tuhan itu dihatimu. Itu pelajaran dasar agar tidak jadi teroris. Jangan bilang kebenaran itu hati sehingga yang tidak sesuai hati kami anggap salah. Ini bisa menjadi pemenaran bagi teroris untuk meledakkan bom. Sekali lagi jangan katakana Tuhan itu di hati, karena Tuhan harus melingkupi seluruh kehidupanmu,” tutur Dik.
Setelah itu, Dik yang juga pendiri komunitas Kandang Jurang Doank ini secara sederhana mengajak arti Tuhan melalui Asmaul Husna. Caranya sederhana dengan hanya menggunakan kedua telapak tangan. Telapak tangan kiri menggambarkan Asmaul Husna nomor 18 yaitu Ya Fattah yang artinya pembuka rezeki.
Kemudian Dik juga mengupas Asmaul Husna ke-99 yaitu ya sobur (sabar). Menurutnya, sabar dan ikhtiar yang dilakukan terus menerus akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Dari kupasan itu, Dik menghubungkan dengan tentang ulah teroris yang justru mencelakaan umat manusia.
“Yang pasti, teroris itu bukan Islam. Islam berasal dari kata salam, sejahtera, menyelamatkan. Kalau bom bunuh diri itu kebenaran, biasanya gurunya dulu yang mencontohkan. Intinya, nanti adik-adik kalau jadi duta damai jangan baper membuat status di media sosial. Kalau menulis juga jangan mentah-mentah,” terang Dik.
Sebagai seorang seniman, Dik juga mengajak para peserta untuk belajar desain. “Kalau ingin mempengaruhi dunia maya, terus gak mengerti desain, pasti berat dan tidak akan ada yang melihat. Seni itu adalah keindahan, keindahan itu adalah surga,” tukas Dik.
Dik menutup kegiatan itu dengan meminta para peserta untuk menggambar di kertas kosong. Dari gambar itulah, Dik membaca seluruh karakter peserta secara gamblang, terutama sifat-sifat dasar mereka.
Menurutnya, Orang yang menggambar pohon kecil di kertas besar artinya kurang silaturahmi, networking sedikit, berteman hanya teman kampus, dan dunia maya saja. Bagi yang menggambar pohon tapi tidak ada akarnya, orang itu tidak banyak kebisaannya. Kemudian yang mengambar pohon ada akarnya tapi batangnya patah-patah berarti dalam tugasnya akan banyak menemui masalah.
“Tugas kalian ini berat, makanya harus diperjuangkan. Kita mau berperang dalam dunia maya. Mana mungkin bisa menang perang, kalau kita tidak siap. Dalam perjuangan pasti ada pengorbanan, tapi bersama Tuhan, semuanya menjadi ringan,” pungkas Dik Doank.