Damaskus – Serangan udara pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) terhadap keberadaan kelompok teroris Islamic State (ISIS) di Suriah, Kamis (18/10) pekan lalu, menargetkan sebuah masjid di wilayah Sousa, Suriah. Koalisi AS menjadikan masjid sebagai target serangan karena masjid tersebut diketahui menjadi pusat komando dan kontrol teroris ISIS di Suriah.
Dalam pernyataan resminya yang disitat Associated Press, Minggu (21/10), pihak koalisi menyatakan meski masjid dilindungi oleh hukum perang, penggunaan masjid sebagai markas ISIS membuat bangunan tersebut kehilangan status terlindungi. Belasan militan ISIS juga dilaporkan tewas akibat serangan udara ini.
Komandan tertinggi AS untuk Timur Tengah, Jenderal Angkatan Darat AS Joseph Votel menyatakan dirinya sangat puas dengan para komandan yang melakukan prosedur tepat untuk menentukan masjid yang digunakan ISIS sebagai target yang sah.
“Tekad yang dibuat oleh pimpinan di lapangan bahwa masjid ini tidak digunakan sesuai dengan fungsinya sebagai masjid,” kata Votel.
“Ini bukanlah keputusan yang dibuat dengan terburu-buru.”
Sementara itu, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan, serangkaian serangan udara di wilayah Sousa, Suriah, juga melukai belasan warga sipil.
Sedangkan terkait pernyataan koalisi mengenai masjid di Sousa yang jadi target serangan, pihak Observatorium Suriah mengakui berdasarkan pemantauan yang dilakukan memang hanya ada militan ISIS yang memasuki masjid tersebut.
“Dilaporkan serangan itu terjadi Kamis (18/10) saat masjid digunakan ISIS untuk mengoordinasikan serangan terhadap koalisi dan Pasukan Demokrat Suriah yang didukung AS,” aku pihak Observatorium Suriah.
Sousa adalah kantong terakhir ISIS di Suriah dan selama beberapa pekan terakhir terus diserang Pasukan Demokrat Suriah untuk membersihkan daerah tersebut dari ekstremis.