Solo – Tiga terduga teroris dengan keseharian tiga profesi diciduk tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror di Solo, Jawa Tengah, Senin (18/11).
Ketiga terduga teroris yang diciduk itu masing-masing berinisial JM, yang berprofesi sebagai ustad, JU yang berprofesi sebagai sales makanan, dan terakhir FRS yang berprofesi sebagai tukang parkir.
Terduga teroris JM adalah warga Pajang RT 05 RW 01, Laweyan. Kemudian terduga teroris JU warga Nusukan RT 04 RW 18, Banjarsari, dan terduga teroris FRS dari Kauman RT 03 RW 05, Pasar Kliwon.
Menurut Ketua RW 01, Danang Prawironoto, JM sudah lama tinggal di kampung yang kini ditinggalinya. Dia kerap memberi tausiyah di masjid kampung.
“Setiap salat pasti diusahakan di masjid kampung. Dia juga sering mengisi tausiyah dalam berbagai kesempatan,” kata Danang.
Menurutnya, isi tausiyah yang disampaikan JM tidak pernah mengarah kepada radikalisme. Kebanyakan hanya kajian umum seputar Islam.
“Isinya biasa saja, hanya tausiyah tentang agama Islam. Tidak pernah mengarah ke radikalisme. Makanya saya kaget kok ditangkap,” kata dia.
Kuasa hukum JM, Heri Dwi Utomo, mengatakan bahwa JM juga bekerja sebagai seorang pengajar di salah satu pondok pesantren.
“Tapi jangan dikaitkan kasus hukum ini dengan tempat dia mengajar. Pak JM sudah lama menjadi akademisi, punya sambilan jualan madu,” ungkapnya.
Berbeda dengan JM, terduga teroris JU dikenal oleh warga sebagai orang yang tertutup.
Ketua RT 04 RW 18 Nusukan, Bambang Sujono, mengatakan JU merupakan warga pendatang. Sedangkan istrinya merupakan warga asli kampung tersebut.
“Orangnya tertutup, tidak pernah ikut kerja bakti. Kalau salat juga tidak di masjid sini, padahal rumahnya dekat masjid,” ujar Bambang.
Tetangga JU, Tutik (48), mengatakan JU dan istrinya kenal melaluinya media sosial. Setelah menikah, istri JU dianggap menjadi tertutup.
“Saya jarang melihat dia (JU), jarang pulang. Istrinya setelah menikah juga tertutup,” ujar Tutik.
Sementara itu, terduga teroris FRS yang bekerja sebagai juru parkir di sebuah toko alat tulis menetap di Kauman secara indekos.
Tetangga indekosnya, Ahmad Syidi Rozaki, mengaku tidak menduga tetangga kosnya itu ditangkap Densus 88. Menurutnya, aktivitas FRS tidak terlihat mencurigakan.
“Orangnya memang tidak banyak berkomunikasi. Kegiatan selain bekerja tidak tahu, tapi dia lebih banyak di kos. Tidak mengira kalau ditangkap,” ujarnya.
Sementara Ketua RT 03 RW 05, Muhammad Khoiri, mengatakan bahwa FRS sejak kecil tinggal di Kauman. Namun kini dia tinggal di indekos milik seseorang bernama Yusron.
“Dulu kan tinggal magersari di RW 03, lalu dijual, sama ibunya tinggal di kosnya Pak Yusron, sudah 10 tahunan. Ibunya sudah meninggal, sekarang sendiri,” kata Khoiri.
Dia mengaku tidak menyangka FRS ditangkap Densus 88. Khoiri menyebut FRS bersosialisasi dengan baik dengan warga kampung.
“Orangnya baik, rapat RT juga datang. Tapi memang orangnya pendiam,” aku Khoiri.
Kapolresta Solo, AKBP Andi Rifai dalam keterangan resminya kepada wartawan mengatakan, kasus penangkapan ketiga terduga teroris di wilayah hukumnya sudah ditangani Densus 88.
Pihaknya hanya terjun membantu pengamanan saat Densus melakukan penggeledahan di rumah terduga teroris yang diamankan.
“Densus 88 berkoordinasi dengan Polresta Solo untuk membantu penggeledahan rumah dari masing-masing terduga teroris yang ditangkap paginya,” jelasnya.
Dari penggeledahan di tiga lokasi tersebut, lanjut Andi, Densus 88 mengamankan sejumlah barang yang dicurigai.
Barang-barang yang diamankan Densus 88 meliputi komputer/laptop, handphone, flashdisk, buku jihad, dan kartu identitas.