Jakarta – Kepolisian Republik Indonesia terus mendalami informasi terkait dugaan bantuan dana untuk kelompok teroris di Suriah yang berasal dari Indonesian Humanitarian Relief (IHR). Lembaga yang dipimpin oleh ketua GNPF-MUI, Bachtiar Nasir, ini diduga tidak menyalurkan bantuannya kepada rakyat Suriah yang menjadi korban konflik berkepanjangan di negeri itu. Justru, bantuan itu diberikan kepada kelompok teroris.
Kabar mengejutkan ini viral di dunia maya setelah sebuah video di youtube menunjukkan temuan bantuan logistik dengan tulisan Indonesian Humanitarian Relief (IHR) yang seharusnya diperuntukkan bagi warga Allepo justru menumpuk di gudang milik pemberontak. Gudang tersebut merupakan bekas bangunan sekolahan yang pernah menjadi markas kelompok Jaysh al-Islam, cabang dari kelompok ISIS. Kelompok ini kini telah terusir usai pasukan militer Suriah yang Pro- pemerintahan Bashar Al-Assad berhasil menguasai kembali Aleppo.
Menanggapi berita ini, pihak kepolisian mengaku tidak akan gegabah. Pihaknya akan melakukan pendalaman terkait informasi yang beredar. Seperti disampaikan oleh kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Martinus Sitompul, pihaknya akan mencari tahu kebenaran pengiriman bantuan tersebut.
“Info yang muncul, kita harus verifikasi. Apakah itu merupakan pengiriman dari Indonesia, kita akan bertanya dengan Kedubes di sana. Info ini harus diverifikasi dan dinyatakan valid dulu,” ujarnya di Mabes Polri, Selasa (27/12/16).
Pihaknya mengaku hingga saat ini belum menerima informasi yang pasti terkait keterlibatan IHR dengan kelompok teroris di Suriah. Karenanya ia menyatakan akan fokus pada verifikasi dan validasi informasi terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan langkah selanjutnya.
“Enggak ujug-ujug kita lakukan upaya kepolisian dengan data yang belum valid. Kita lakukan validasi terlebih dahulu, verifikasi info itu, kemudian baru penyelidikan,” lanjutnya.
Sementara itu, dikutip dari beritasatu.com, Senin (26/12/16), pihak Bachtiar Nasir, melalui juru bicara Gerakan Nasional Pegawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI), Munarman, menyangkal kabar ini. Ia bahkan menyatakan bahwa informasi terkait keterlibatan IHR dengan kelompok teroris merupakan informasi yang ngawur.
“Gak benar berita yang ditulis itu. Itu berita ngarang dan abal abal. Ngawur habis itu (berita),” sergah Munarman.