Baghouz – Seorang anggota kelompok teroris Islamic State (ISIS) asal Selandia Baru menyerahkan diri kepada Pasukan Demokratik Suriah (SDF) di Suriah. Pria bernama Mark Taylor, yang dikenal sebagai “Kiwi Jihadi” itu saat ini ditahan di penjara Kurdi di Suriah.
Menurut ABC, Senin (4/3), Taylor mengatakan bahwa ia menyerah karena tidak ada makanan, tidak ada uang, dan layanan dasar yang dimilikinya hampir hancur.
“Saya sendiri dibekap kesulitan dan harus membuat keputusan akhir, yaitu meninggalkan (ISIS),” katanya.
Pria berusia 42 tahun itu mengatakan bahwa ia menyadari jika dirinya akan dipenjara di Selandia Baru, jika pemerintah bersedia membawanya kembali.
“Saya minta maaf karena menyebabkan terlalu banyak masalah… Saya tidak tahu apakah saya bisa kembali ke Selandia Baru, tetapi pada akhirnya itu benar-benar sesuatu yang saya harus saya jalani selama sisa hidup saya,” tuturnya kepada ABC.
Baca juga : ISIS Terkepung, Perempuan dan Anak Suku Yazidi Kembali ke Kampung Halaman
Ia mengatakan kepada media itu, selama lima tahun bersama ISIS dirinya bukan pejuang, tapi penjaga, dan telah menyaksikan eksekusi dan pemenggalan.
ISIS sudah mengalami kemunduran besar di Suriah.
Mark Taylor telah berbasis di Timur Tengah selama beberapa tahun, dan telah berada di radar teror Pemerintah Selandia Baru setidaknya sejak 2011.
Pada tahun 2009, ia melakukan perjalanan ke Pakistan dan mencoba memasuki benteng al-Qaeda di Wana. Pada bulan Juli 2014, Taylor melakukan perjalanan ke Suriah, meskipun diawasi oleh agen pemerintah Selandia Baru.
Ia mengatakan bahwa ia akan tetap berada di Suriah sampai ia mencapai martir. Terlepas dari koneksi terorisnya, Taylor telah menjadi pengguna media sosial yang rajin.
Di masa lalu, ia telah menggunakan akun daring-nya untuk mengumumkan bahwa ia telah membakar paspor Selandia Baru-nya dan mendorang orang lain untuk ‘berjihad’ di Hari Anzac. Pada tahun 2015, ia secara tidak sengaja memberikan koordinat ISIS di Twitter.
Taylor juga memiliki profil LinkedIn, dengan nama Muhammad Daniel, yang mencantumkan pekerjaannya sebagai profesional manajemen pendidikan, dan mengatakan ia tinggal di negara Islam.
Ia mengatakan pada tahun 2017 bahwa ia telah mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak usia 5 hingga 12 tahun di Raqqa sejak 2014.