Solo – Indonesia sebagai negara yang ber-Bhinneka Tunggal Ika sangat rentan dimanfaatkan kelompok radikal terorisme yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan, khususnya dari sisi ideologi. Karena itu, dibutuhkan sinergisitas antar bangsa, untuk memperkuat dan menjaga keutuhan NKRI.
Seperti diketahui salah satu sumber paham radikal terorisme bermula dari pemahaman yang keliru atau distorsi tentang ajaran agama. Bahayanya adalah merusak ketenangan dan ketentraman dan menimbulkan ketakutan yang dikenal dengan teror. Radikalisme yang menyebabkan teror atas nama agama harus dicegah melalui antisipasi dan melakukan penangkalan secara paripurna untuk tidak mempengaruhi masyarakat. Kerukunan dalam hidup beragama yang akan menjadi bagian kekuatan dalam melakukan upaya pencegahan tersebut dan menjadi modal dalam memasuki kehidupan global yang lebih kompleks lagi.
Ada 6 agama yang diakui secara resmi di Indonesia yaitu: Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan KongHucu. Peran tokoh agama dan masyarakat tersebut diharapkan mampu membangun keharmonisan mulai dari kehidupan keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara. Peran tokoh agama dalam pencegahan terealisasi dari masyarakat yang memiliki daya tangkal terhadap gerakan keagamaan transnasional yang tidak sejalan dengan kultur dan nilai agama yang ada di Indonesia serta menjaga hubungan intern umat beragama. Sedangkan peran tokoh masyarakat adalah mengembangkan kehidupan yang toleransi dalam menjalankan ajaran agama masing-masing.
Oleh karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai bagian dari pemerintah berusaha mengembangkan hubungan strategis dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat melalui sinergi dengan Kementerian Agama dalam rangka mencegah penyebaran paham radikal terorisme melaksanakan kegiatan bersama melalui Dialog Lintas Agama dalam Pencegahan Paham Radikal Terorisme se-Wilayah Jawa Tengah di Solo, Rabu (24/5/2017).
Kegiatan itu bertujuan untuk menggalang semangat tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menyamakan persepsi terkait pencegahan paham radikal terorisme, juga untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang paham radikal terorisme. Disamping itu untuk membangun daya tangkal masyarakat khususnya kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat melalui dialog terhadap paham radikal terorisme.
“Ini juga bentuk nyata untuk menggelorakan prinsip bela negara, setia dan cinta NKRI, implementasi ajaran agama yang damai, mencegah pengaruh radikalisme, serta mencegah pengaruh ajaran terorisme,” ujar Kasubdit Kontra Propaganda BNPT, Kolonel Pas. Drs. Sujatmiko.
Kegiatan ini akan melibatkan 300 orang peserta terdiri dari perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat di Solo, Jawa Tengah. Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nasarudin Umar, MA tampil sebagai keynote speaker, serta narasumber dari tokoh agama kristen, katolik, hindu, budha, dan konghucu.