Karanganyar – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar “Dialog Kebangsaan Dalam Rangka Persaudaraan Lintas Agama di Indonesiaan” di Pendopo Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (11/12/2024). Kegiatan yang menghadirkan para pemuka agama dari enam agama di Indonesia dan penghayat kepercayaan ini adalah perwujudan Asta Cita yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
“Alhamdulillah hari ini kami melaksanakan dialog kebangsaan dalam konteks kerukunan umat beragama. Kami berkolaborasi dengan Wakil Ketua Komisi XIII bapak Sugiat Santoso dan Pemerintah Kabupaten Karanganyar juga hadir para pemuka agama serta penghayat kepercayaan dan masyarakat,” ujar Kepala BNPT Komjen Pol Eddy Hartono di sela-sela kegiatan.
“Ini menunjukkan komitmen negara untuk hadir dalam memelihara kerukunan dan toleransi beragama sesuai Asta Cita bapak Presiden Prabowo Subianto yaitu pertama memperkokoh ideologi, dan hak asasi manusia dan Asta Cita kedelapan memperkuat toleransi beragama untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur,” imbuh Kepala BNPT.
Eddy menguraikan bahwa BNPT akan terus berkomitmen menjaga kearifal
oleh sebab itu kami terus menjaga kearifan lokal dan memelihrara kerukunan umat beragama dengan menciptakan toleransi antarumat beragama. Ini penting agar nilai-nilai budaya Indonesia dan ideologi Pancasila terus menjadi rujukan sebagai sumber hukum dalam bermasyarakat dan bernegara
Eddy berterima kasih atas dukungan wakil ketua Komisi XIII Sugiat Santoso dan Rinto Subekti yang hadir dalam kegiatan dialog kebangsaan ini. Dukungan ini sebagai bentuk komitmen wakil rakyat untuk terus mendukung upaya-upaya pencegahan radikal terorisme
dimana dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 pemerintah wajib melakukan upaya-upaya pencegahan.
“itulah kenapa hari ini kami hadir di Karanganyar. Saya bahagia ketemu para tokoh agama dan bisa berdiskusi dalam rangka mewujudkan kerukunan umat beragama,” tutur Eddy.
Menurutnya, kegiatan ini juga bagian mewujudkan tiga kerukunan umat beragama. Pertama bagaimana merukunkan inter agama, kedua meningkatkan kerukunan antarumat beragama, dan saling menghormati karena kerukunan itu sejatinya harus bisa ikhlas menerima perbedaan.
“Disitulah ciri-ciri orang menjadi radikal dan intoleansi karena tidak bisa menerima perbedaan,” tukas Kepala BNPT.
Oleh sebab itu, kata Eddy, BNPT dan stakeholder lainnya, akan selalu hadir untuk merawat kebhinekaan. Ia juga berpersan kepada tokoh agama dan penghayat kepercayaan untuk terus berkolaborasi dalam melawan berbagai ideologi bertentangan dengan Pancasila. BNPT juga siap melakukan pendampingan bila ada ancaman serta bekerjasama dengan aparat penegak hukum terhadap orang yang akan melakukan tindak pidana terorisme.
Pada kesempatan itu, Kepala BNPT mengatakan bahwa pada dua tahun terakhir tidak ada kejadian terorisme di permukaan. Namun kondisi tidak membuat BNPT lengah, tetapi tetap waspadah dan berhati-hati dengan terus melakukan monitoring dengan jajaran intelijen dalam memonitor jaringan terorisme di Indonesia.
“Alhamdulillah, gelaran Pilkada Serentak berjalan aman dan lancar. Mudah-mudahan pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2025 juga berjalan aman dan damai.
Sementara Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI Sugiat Santoso mengapresiasi kegiatan dialog kebangsaan ini. Senada dengan Kepala BNPT, kegiatan ini dinilai merupakan perwujudan semangat Asta Cita yang sejak awal dicanangkan Presiden Prabowo Subianto saat diberikan amanah oleh rakyat Indonesia.
“Saya pikir sebagai wakil rakyat, kita siap mendukung dan membantu secara konkrit bagaimana BNPT bisa menggelar kegiatan seperti ini bukan hanya di sini saja, tapi di seluruh Indonesia atau bahkan sampai ke pelosok desa,” kata Sugiat.
Kegiatan yang melibatkan lintas agama seperti dialog kebangsaan menurut Sugiat sangat penting. Pasalnya, Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan golongan, kalau tidak terus dibangun ikatan toleransi, persaudaraan, pasti akan mengikis persatuan dan kesatuan. Dan itu sangat membahayakan bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Kita gak boleh sepele dengan persatuan dan kesatuan. Banyak pelajaran sejarah ketika persatuan dan kesatuan rapuh, maka bangsa itu akan hancur. Banyak contoh seperti negara Suriah yang homogen terus mengalami kekacauan. Kalau tidak segera diatasi negara itu bisa bubar,” jelas Sugiat.
Ia mengungkapkan kondisi itu berawal dari Pemilihan Presiden, kemudian bertikai di grup media sosial, kemudian melebar menjadi pertempuran militer dan oposisi. Sampai sekarang Suriah porak poranda. Begitu juga Libya dan Uni Soviet yang pecah jadi beberapa negara bagian.
“Kita tidak kepingin seperti itu. Apalagi di era digital sekarang kita harus jujur, bijak, dan legowo menyikapi proses demokrasi. Banyak pelajaran dari pelaksanaan Pilpres dan Pilkada tahun-tahun terdahulu, dimana ujaran kebencian, caci maki, dan hoaks. Alhamdulillah usai Pilpres 2019 Bapak Jokowi dan Bapak Prabowo rekonsiliasi,” katanya.
Untuk itulah, lanjut Sugiat, MPR dan DPR RI giat melakukan sosialisasi 4 pilar kebangsaan. Pertama Pancasila sebagai filosofi adi luhung yang tidak dimiliki negara lain. Pilar kedua UUD 1945 dimana kalau dikaji pasal-pasalnya kalau diterapkan sebagai gemah ripah loh jinawi tentrem noto raharjo. Ketiga NKRI dan keempat Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyah berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Lebih lanjut, Sugiat meminta BNPT memperbanyak kegiatan dialog kebangsaan seperti di Karanganyar ini. Menurutnya, penguatan nilai-nilai Pancasila dan toleransi di era digital ini sangat penting.
“Kita harus terus memperkuat ideologi Pancasila. Kami dari Komisi XIII siap mendukung dalam bentuk legislasi dan budgeting. Kalau kurang anggaran kita tambah, kegiatan seperti ini jangan berhenti hanya di Karanganyar, tapi bagaimana bisa ke seluruh Indonesia. Kalau Ideologi Pancasila kuat dan toleransi terjalin indah maka Indonesia juga kuat,” paparnya.
Selain itu, ia juga meminta agar kegiatan ini juga menyasar generasi muda. Itu penting karena generasi muda akah mewarisi bangsa dan negara.
“Bahaya kalau generasi muda tidak disasar. Mereka akan menjadi pewaris kepemimpinan bnagsa pada Indonesia Emas 2045 nanti,” tukasnya.
Pj Bupati Karanganyar Timotius Suryadi S.Sos., M.Si., menyambut baik kegiatan di tengah dinamika masyarakat yang makin komplek dan tantangan kebangsaan semakin besar. Ia menilai forum ini sangat penting untuk memperkuat pondasi kebangsaan sebagai bangsa berbhinneka tunggal ika.
“Karangamnyar daerah dengan potensi luar biasa, kunjungan wisata besar di Solo Raya, tingkat kerukunan beragama terpelihara dengan baik, keanekaragaman budaya dan tradisi berperan jaga keharmonisan,” ujarnya.
Menurutnya, upaya pencegahan dan penguatan nilai kebangsaan perlu digalakkan. dengan kegiatan seperti dialog kebangsaan ini. acara ini kita dapat memperkuat komitmen dan menciptakan harmonis di tengah masayrakat.
“Kami sadar tidak bisa sendiri butuh tokoh agama, ulama, dan seluruh komponen masyarakat, akademisi dan media. membangun Karangnyar yang lebih harmoni dengan Pancasila sebagai dasar kehidupan,” tutur Pj Bupati Karanganyar.
Kegiatan dialog kebangsaan ini ditutup oleh Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI dari Fraksi Demokrat yang berasal dari Tawangmangu, Karanganyar, Rinto Subekti S.E., M.M. Hadir pada kegiatan itu, Sestama BNPT Bangbang Surono, AK., M.M., CA., Direktur Pencegahan BNPT Prof. Dr. Irfan Idris, MA, Direktur Pembinaan Kemampuan BNPT Brigjen Pol Wawan Ridwan, serta jajaran Forkopimda Kabupaten Karanganyar. Kegiatan juga diisi diskusi dengan menghadirkan enam narasumber perwakilan masing-masing agama yaitu Prof. Dr. Zuly Qodir (Islam), Risang Anggoro Elliarso (Kristen), Romo Dr. Martinus Joko Lelono, M.Hum., (Katolik), Bhante Nyanakaruno (Budha), Budi Raharjo (Hindu), dan Prof. Ir, Hadi Prajoko, S.H., M.H., (Penghayat Kepercayaan).