Pontianak – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam upaya penanggulangan terorisme. Bahaya paham dan aksi kekerasan yang kerap mengatasnamakan agama ini harus diatasi bukan saja secara cepat, tetapi juga harus tepat. Salah satu yang ditawarkan BNPT kepada masyarakat adalah penggunaan sastra untuk melawan narasi kekerasan radikalisme dan terorisme.
Hal ini pula yang mendorong BNPT, melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalimantan, untuk mengadakan dialog dengan tema “Sastra Cinta Damai, Cegah Paham Radikal.” Kegiatan yang dilakukan di Pontianak ini menghadirkan dua sastrawan nasional, Joko Pinurbo dan Eka Budianta.
Sastra, seperti dikatakan oleh Joko Pinurbo dalam paparannya, memiliki kekuatan yang unik, yakni mampu membuka pola pikir manusia, sehingga dengannya masyarakat akan dapat berpikir lebih terbuka dan anti terhadap kekerasan. Dalam konteks pencegahan radikalisme dan terorisme, sastra dipandang memiliki peran penting dalam membendung masuk dan berkembangnya paham radikal. Hal ini karena karakteristik sastra yang mendorong orang untuk bersikap akomodatif, transparan dan inklusif.
Meski begitu, ia juga mengingatkan bahwa sastra –jika disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, kelompok radikal misalnya,– dapat pula menuntun seseorang ada kerusakan. Terkait dengan pelibatan komunitas sastra dan seni budaya dalam upaya penanggulangan terorisme oleh BNPT, Joko mengaku langkah ini sudah tepat. Suara para seniman dan sastrawan dapat disatukan untuk melawan radikalisme dan terorisme.