Makassar – Ketua Dewan Pers, Yoseph Adi Prasetyo, menyampaikan keprihatinan terhadap masih maraknya berita bersifat glorifikasi dalam isu-isu penanggulangan terorisme.
“Saya tegaskan pers harus bisa mencegah dirinya untuk tidak menjadi mesin pencipta glorifikasi. Pers jangan mengajari masyarakat untuk mempahlawankan teroris,” kata Yoseph saat menjadi pembicara dalam Media Visit BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Selatan di RRI Makassar, Rabu (27/7/2016).
Yoseph menambahkan, pihaknya masih menemukan pemberitaan bersifa glorifikasi dalam peristiwa tertembaknya terduga teroris Santoso, melalui penyebutan jenazahnya tampak tersenyum, wajahnya berkeringat, dan keluar aroma wangi. “Pers harus bisa membedakan antara fakta dan opini. Jangan sampai opini penulis diplesetkan seolah-olah faktanya demikian,” tambahnya.
Dewan Pers juga mendorong masyarakat untuk bersikap kritis apabila menemukan pemberitaan bersifat glorifikasi dengan melaporkannya ke Dewan Pers. Masyarakat juga didorong untuk menjadi hakim secara langsung terhadap media yang melakukan pelanggaran dalam pemberitaannya, yaitu dengan meninggalkannya.
“Dewan Pers tidak boleh membredel media yang melakukan pelanggaran, yang bisa hanya memberikan teguran. Tapi teguran langsung dari masyarakat saya rasa lebih efektif, dengan cara jangan lagi membaca media yang pemberitaannya banyak pelanggaran. Ketika sebuah media sudah ditinggalkan pembacanya dia akan ditinggalkan pengiklan, dan dengan sendirinya akan mati,” jelas Stanley, panggilan akrab Yoseph dalam keseharian.
Media Visit adalah rangkaian kegiatan dari program Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme yang diselenggarakan BNPT bersama FKPT di 32 provinsi se Indonesia. Satu kegiatan lainnya adalah Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme, yang di Makassar akan dilaksanakan pada (27/7/2016) besok di Auditorium Pascasarjana Universitas Islam Makassar.