Lampung – Anggota Dewan Pers, Imam Wahyudi, kembali mengingatkan pentingnya sebuah media menyajikan pemberitaan yang sesuai fakta. Media disebutnya sebagai pelayan masyarakat dalam hal ketersediaan pemberitaan yang baik dan benar.
Ini disampaikan Imam saat menjadi narasumbner dalam Visit Media Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Lampung ke RRI Lampung, Rabu (17/5/2017). Kunjungan ke RRI Lampung diisi dengan dialog interaktif yang disiarkan secara langsung.
“Media massa hadir untuk melayani masyarakat melalui pemberitaan yang sebenar-benarnya,” kata Imam.
Imam mengatakan, penting bagi media massa untuk selalu membuat pemberitaan yang sesuai fakta, mengingat hal tersebut menjadi syarat mutlak seperti tertuang dalam UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. “Jika media tidak patuh terhadap UU Pers dan Kode Etik (Jurnalistik), Dewan Pers tidak bisa memberikan perlindungan jika dalam perjalanannya menghadapi masalah hukum,” tegasnya.
Hal senada diungkapkan Anggota Majelis Etik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Willy Pramudya. Di forum yang sama Willy mengatakan, dalam konteks pencegahan terorisme media massa memiliki potensi untuk turut serta menyebarluaskan dampak dari sebuah aksi teror.
“Keberhasilan pelaku teror yang sebenarnya bukan pada seberapa besar kerusakan dan seberapa banyak korban yang jatuh, melainkan bagaimana masyarakat menjadi panik karenanya. Dan kepanikan bisa terjadi ketika media massa ceroboh dalam memberitakan, tidak melakukan cek dan ricek terhadap sebuah isu, dan lain sebagainya,” beber Willy.
Jurnalis senior dari sebuah media massa nasional tersebut mencontohkan, dalam peristiwa bom di kawasan Sarinah, Jakarta, awal 2016 lalu. Sejumlah media massa disanksi oleh Komisi Penyiaran Indonesia, karena pemberitaannya tidak mengindahkan kaidah jurnalistik dan mengakibatkan kepanikan di masyarakat.
“Kalau masih ingat saat bom Thamrin terjadi, ada isu beredar jika teror tidak hanya di Jl. Thamrin, tapi juga di Cikini, Pal Merah dan kawasan Senayan. Itu kabar bohong, yang sayangnya ada beberapa media mencomotnya begitu saja dan memberitakan tanpa melakukan konfirmasi,” urai Willy.
Ketua FKPT Lampung, Abdul Syukur, mengingatkan jika tugas pencegahan terorisme bukan semata-mata menjadi tugas aparatur keamanan, BNPT, dan FKPT. Seluruh elemen di masyarakat harus bahu membahu melakukannya, karena terorisme adalah kekejaman yang harus menjadi musuh bersama. “Oleh sebab itu kami mengimbau, termasuk kepada media massa, mariu bersama-sama melakukan pencegahan terorisme,” pungkasnya.
Visit Media merupakan salah satu metode yang dijalankan di program Pelibatan Media Massa dalam Pencegahan Terorisme. Ada 2 metode lain yang juga dijalankan secara bersamaan, yaitu dialog Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme Terorisme di Masyarakat, dan Lomba Karya Jurnalistik yang mengambil tema besar Kearifan Lokal sebagai Sarana Pencegahan Terorisme. [shk/shk].