Derita Anak-anak ISIS yang Terlunta-lunta

Baghdad – Anggota militan ISIS tidak hanya kejam dan biadab, tapi sudah kehilangan jiwa kemanusiaan. Tidak hanya tega membunuh dan menghancurkan, mereka juga tega membiarkan darah dagingnya hidup dalam penderitaan. Contohnya, anak-anak yatim piatu di sebuah panti asuhan di Mosul Irak.

Salah satunya seorang bayi yatim piatu yang hidup sebatangkara setelah kedua orang tuanya melakukan bom bunuh diri. Begitu juga keempat saudara kandungnya juga menjadi kebrutalan orang tuanya sendiri.

“Kami menemukannya dalam kondisi memprihatinkan. Tubuhnya kurus kering hanya berbalut kulit dan tulang,” kata Sukaina Mohammed, Direktur Department of Women and Children di provinsi Niniwe, Irak, dikutip dari The Baghdad Post, Rabu (10/1/2018) waktu setempat.

Tidak hanya kurus kerang, enam tulang rusuk bayi tersebut juga patah. Pihak berwenang Irak memeriksa keberadaan anak-anak yang ditinggalkan oleh ISIS, yaitu yatim piatu yang berasal dari keluarga militan, yatim piatu korban kekerasan ISIS, anak-anak hasil dari perbudakan seksual, serta anak-anak dari orang asing.

Para petugas kemanusiaan mengatakan, mereka ingin melindungi anak-anak itu dari kehidupan yang menyakitkan. Tak satu pun bayi yang lahir atau dibesarkan oleh ISIS dianggap sebagai ancaman bagi masyarakat, tetapi pejabat khawatir saat tumbuh besar nanti, mereka mendapatkan stigma lantaran tahu masa lalunya.

“Saya tidak memberi tahu orang-orang bahwa orangtua bayi adalah militan ISIS, karena kalau orang tahu dan timbul rasa ingin balas dendam terhadap ISIS, mereka mungkin akan melampiaskannya kepada anak-anak tak berdosa itu,” ucapnya.

Selain itu, beberapa bayi diselamatkan dari jalanan setelah ditinggalkan di bawah terik matahari. Cara ini dilakukan militan ISIS untuk menarik perhatian musuh, terutama tentara Irak. Sementara bayi lainnya ditemukan di rumah yang hancur setelah orangtua mereka meninggal karena dalam pertarungan melawan ISIS.

Ada anak-anak budak seks yang diselamatkan, karena keluarganya tidak mau menerima mereka. Banyak anak ditemukan menangis, kebingungan, sendirian dan ketakutan di reruntuhan bangunan setelah serangan udara menyerang rumahnya. Seorang bayi laki-laki bahkan ditemukan selamat, sendirian, di antara reruntuhan rumah yang roboh setelah tujuh hari pemboman.