Deputi III BNPT Beberkan Resep Penanganan Terorisme Indonesia di Polandia

Jakarta – Deputi Bidang Kerjasama Internasional (Deputi 3) BNPT Irjen Pol. Drs. Hamidin tampil menjadi pembicara pada 23rd International Border Police Conference di Warsawa, Polandia, 7-8 November 2017. Pada kesempatan itu, Irjen Pol. Drs.  Hamidin membeberkan resep penanganan terorisme di Indonesia.

“Sejak 1949 sampai sekarang masih terjadi serangan teroris walaupun sudah dilakukan berbagai pendekatan. Dan sekarang lah pendekatan paling tepat dengan mengedepankan pendekatan lunak,” kata Hamidin.

Ia menjelaskan, bahwa Indonesia adalah negara ketujuh terbesar di dunia dengan 92 batas laut dengan 10 negara dan tiga batas darat dengan negara tetangga. Kondisi geografis itulah yang membuat Indonesia sering menjadi keluar masuk pelaku terorisme atau foreign terrorist fighter (FTF).

Sejauh ini, Indonesia sudah mempunyai kerjasama bilateral dan multilateral penanganan terorisme. Selain itu, Indonesia juga sudah meratifikasi delapan UN Conventions.

“Kami selalu berkonsultasi dan memberikan petunjuk-petunjuk pengalaman penanganan terorisme terhadap negara-negara yang sedang mengalami serangan terorisme,” jelas Hamidin.

Tidak kalah penting juga, Indonesia juga aktif melakukan kontrol terhadap FTF, koordinasi CVE, dan Asset Freezing. Ia juga menjelaskan, di dalam negeri, BNPT telah mengkoordinasikan 32 kementerian lembaga sebagai bagian untuk memperkuat sinergi penanggulangan terorisme.

Saat ini, lanjut Hamidin, unggulan BNPT dalam penanggulangan terorisme adalah soft approach (pendekatan lunak). Salah satunya adalah dengan memanfaatkan mantan-mantan kombatan untuk menjadi agent insider untuk menyadarkan teman-teman mereka yang masih radikal. Itu diwujudkan BNPT dengan membantu pembangunan masjid dan pesantren di kampung mantan teroris, Khairul Ghazali (Deliserdang) dan Ali Fauzi (Lamongan).

Bahkan di Lamongan, tepatnya Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, BNPT tidak hanya menyokong pembangunan masjid dan pesantren, juga fasilitas pendidikan lainnya buat anak-anak mantan teroris bekerjasama dengan Yayasan Lingkar Perdamaian yang dipimpin Ali Fauzi.