Yogyakarta – Pegawai PT Kereta Api Indonesia (KAI) khususnya pegawai yang berada di lingkungan Balai Yasa Yogyakarta harus mewaspadai bahaya tindakan intelorensi yang tidak dapat menerima perbedaan maupun penyebaran ideologi kekerasan dari radikalisme dan terorisme yang timbul di lingkungan sekitar.
Hal tersebut dikatakan Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Mayjen TNI. Nisan Setiadi, SE, M.Si, saat menjadi narasumber pada acara Sosialisasi Wawasan Kebangsaan dalam Mencegah Paham Radikalisme dan Terorisme di lingkungan kerja PT KAI (Persero) yang berlangsung di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Yasa, Pengok, Yogyakarta, Senin (18/9/2023).
“Karena orang-orang yang tidak dapat menerima berbagai perbedaaan baik itu perbedaaan suku, agama, ras dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia ini tentunya dapat merusak sendi-sendi kemanusiaan dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa,” ujar Mayjen Nisan Setiadi.
Lebih lanjut Deputi I BNPT menjelaskan. posisi Indonesia sendiri secara global berdasarkan survei Global Terrorism Index (GTI) pada tahun 2022 dan 2023 telah menempatkan Indonesia pada peringkat yang cukup baik yaitu peringkat 24 dari 163 negara di dunia sebagai negara yang terdampak terorisme (medium impacted).
“Tentunya kita tidak boleh berpuas diri. Karena situasi ini sesungguhnya adalah keadaan yang terlihat dan muncul di atas permukaan. Kita harus tetap waspada dengan berbagai dinamika gerakan yang muncul di bawah permukaan dari sel-sel jaringan teror yang mulai menyusup ke sendi-sendi kehidupan warga dan bernegara,” ujar alumni Akmil tahun 1988 ini.
Dikatakan mantan Komadan Pusat Kesenjataan Artileri Pertahanan Udara (Pussen Arhanud) TNI-AD ini, kelompok radikal terorisme tersebut saat ini sudah mulai mengubah pendekatannya dalam menyebarkan paham atau ideologinya yakni bertransformasi dari hard approach menjadi soft approach, dan dari bullet strategy menjadi ballot strategy.
“Sel-sel terorisme di permukaan tidak lagi menggunakan serangan secara terbuka akan tetapi menggunakan jubah keagamaan untuk melakukan radikalisasi, Sementara di bawah permukaan melakukan gerakan ideologi, konsolidasi kekuatan dan organisasi, serta mengumpulkan pendanaan dalam ruang yang gelap secara sistematis, masif, dan terencana,” ujar perwira tinggi bintang dua yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Gorontalo dan Sulawesi Selatan ini.
Dikatakan mantan Danrem 084/Bhaskara Jaya ini, hasil penelitian I-KHUB (Indonesia Knowledge HUB) BNPT 2023 terhadap para siswa SMA yang ada di lima kota Indonesia, yaitu Surakarta, Bogor, Surabaya, Padang dan Bandung menunjukan kelompok rentan, yaitu pemuda, perempuan dan anak yang merupakan generasi muda penerus bangsa menjadi sasaran utama radikalisasi melalui online (online radicalization) dan juga secara offline.
“Dari penelitian ini juga menunjukkan terjadinya peningkatan kategori dari toleran menjadi intoleran pasif, intoleran pasif menjadi aktif, dan dari intoleran aktif menjadi terpapar dari kurun waktu 2016 – 2023,” ujarnya.
Selain itu menurutnya, penelitian ini juga menemukan lima faktor yang mempengaruhi karakter dan sikap intoleran pada remaja. “Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu pemahaman wawasan kebangsaan, intensitas penggunaan media sosial, aktivitas keseharian, sikap keagamaan, dan kondisi sosial ekonomi,” ujarnya.
Dan untuk menghadapi berbagai dinamika tersebut BNPT sendiri telah berupaya melalui Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme (RAN PE) berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme yang dilaksanakan bersama-sama dengan 48 kementerian/lembaga termasuk Pemerintah Daerah melalui aksi yang bersifat terpadu yang terdiri dari 130 rencana aksi yang akan dilaksanakan hingga tahun 2024 sebagai bentuk whole of government and whole of society approach.
“BNPT juga melakukan pengembangan Kawasan Terpadu Nusantara (KTN) sebagai salah satu bentuk upaya penanggulangan terorisme melalui pendekatan lunak (soft approach) yang mengedepankan kesejahteraan dengan mengutamakan tiga pilar fondasi pembangunan yaitu edukasi, ekonomi, dan pariwisata, ujar mantan Komandan Pusdik Arhanud TNI-AD ini.
BNPT menurutnya juga membentuk Warung NKRI (Wadah Akur Rukun Usaha Nurani Gelorakan NKRI) yang didirikan di berbagai ruang publik milik pemerintah atau usaha-usaha masyarakat, termasuk di kawasan perbatasan. BNPT juga melakukan pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di 34 provinsi yang dilaksanakan dengan menyesuaikan kearifan lokal masyarakat setempat.
“Untuk membentengi generasi muda kami juga membentukan Duta Damai Dunia Maya di 18 provinsi dan Duta Damai Santri di 2 provinsi Indonesia sebagai wadah guna meningkatkan partisipasi generasi muda dalam menyuarakan perdamaian dan pencegahan terorisme,” ujanrya
Selain itu BNPT menurutnya juga melaksanakan kontra radikalisasi melalui kontra narasi, kontra propaganda, dan kontra ideologi dengan membentuk Pusat Media Damai (PMD) melalui pelibatan generasi muda sebagai penyebar pesan damai di dunia maya.
Untuk itu dirinya sangat berterima kasih kepada PT KAI yang telah memberikan kesempatan pada dirinya karena sudah diberikan ruang dan waktu untuk mengisi acara sosialisasi kebangsaan ini sebagai upaya bersama dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme di tanah air.
“Kegiatan ini menjadi sangat penting dan momentum yang tepat untuk memberikan arahan serta meneguhkan kembali komitmen pemerintah dalam memperkuat rasa kebangsaan dan toleransi antar anak bangsa,” katanya mengakhiri.
Acara sosialisasi ini dihadiri Executive Vice President UPT Balai Yasa Yogyakarta, Eko Windu Widio Purnomo dan para pejabat UPT Balai Yasa Yogyakarta lainnya seperti Manager Kukuh Tri Prasetiyo, plt. Manager Quality Control, Priyo Prihono, Trainer Utama PT. KAI, Ad Budi Santosa, para Asisten Manager, para Supervisor, para Team Leader, para pelaksana dan calon pelaksana serta para pegawai di lingkungan UPY Balai Yasa Yogyakarta.