Densus Dan BNPT Harus Waspadai Gembong Terorisme Asal Malaysia

Jakarta – Pengamat terorisme, Ridlwan Habib meminta Detasemen Khusus (Densus ) 88 Antiteror Mabes Polri dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) harus mewaspadai dan mengantisipasi masuknya Doktor Mahmud bin Ahmad ke Indonesia. Gembong terorisme asal Malaysia itu sudah menjalin hubungan dengan kelompok terorisme di Sumatera dan Menteng.

Dikatakan, sepak terjang Doktor Mahmud bin Ahmad, dalam dunia terorisme di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Pasalnya, dia mampu menggerakkan para pelaku teror di Indonesia dan menyatukan tiga kekuatan jaringan kelompok teroris Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Indonesia.

“Setelah Bahrun Naim dikabarkan tewas, dan Santoso ditembak mati di Poso, ada kemungkinan Doktor Mahmud bin Ahmad yang akan menggantikan para tokoh teroris di Asia Tenggara. Saat ini, Doktor Mahmud ada di Filipina dan sudah masuk dalam pencarian atau buronan,” kata Ridlwan Habib seperti dilansir ‘koran-jakarta’, Kamis (28/12/2017).

Dijelaskan, Doktor Mahmud sudah terpantau berkomunikasi intens dengan Rois, Nara Pidana Teroris (Napiter) dan berhubungan dengan tiga jaringan ISIS di Indonesia. Keberadaannya tergolong berbahaya, karena dia mempunyai kemampuan memobilisasi dan mengkoordinir tiga jaringan ISIS tersebut. Jika dia bisa masuk ke Indonesia, akan mudah baginya untuk melakukan teror di wilayah ini.

Doktor Mahmud Ahmad dikenal dengan sebutan Abu Handzalah, dan berafiliasi dengan kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Dia diketahui akan membentuk basis ISIS di Asia Tenggara seperti di Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand Selatan. Saat ini, dia menjadi salah seorang yang diburu pihak keamanan Malaysia.

Dia ditengarai mengincar Marawi untuk dijadikan markas ISIS, setelah ambruk pertahanan Santoso di Poso, Sulteng. “Jika persoalan di Marawi tidak diselesaikan, ISIS akan menjadi ancaman bagi kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia,” pungkasnya.