Jakarta – Direktur Identifikasi dan Sosialisasi (Idensos) Densus 88 Antiteror Polri, Brigjen Pol Arif Makhfudiharto, S.I.K., M.H., menegaskan bahwa ancaman radikalisasi di dunia maya kini tidak lagi bersifat lokal, melainkan sudah menjadi persoalan global. Ia menyebut pergeseran signifikan terjadi dalam pola perekrutan, penyebaran ideologi, hingga tahapan aksi terorisme.
“Radikalisasi di dunia maya sudah sangat masif dengan sasaran anak-anak. Jika dulu terbatas pada lingkungan tertentu secara fisik, sekarang bisa menyasar siapa saja melalui dunia maya,” kata Arif dalam pada Rapat Koordinasi Lintas Kementerian dan Lembaga Dalam Rangka Membahas Upaya Pencegahan Radikalisasi di Dunia Maya di Jakarta, Selasa (30/9/2025).
Menurutnya, transformasi ini tampak jelas dalam proses tahapan pelaku teror. Jika sebelumnya perekrutan dimulai dari tatap muka—penyebaran ideologi, baiat, pelatihan, hingga eksekusi—kini seluruh proses itu dapat dilakukan secara daring. Bahkan baiat dan latihan persiapan (idad) telah berpindah ke ruang digital.
Situasi ini, lanjut Arif, semakin berbahaya karena menyasar kelompok rentan, terutama anak-anak dan remaja. “Ketika seorang anak memiliki permasalahan pribadi, mereka bisa lebih mudah terjerumus dalam jejaring radikal melalui dunia maya. Ini masalah serius yang perlu kita tangani bersama,” ujarnya.
Arif menyambut baik inisiatif BNPT untuk memperkuat sinergi antar-kementerian/lembaga dalam menghadapi ancaman tersebut. Menurutnya, kolaborasi adalah kunci agar upaya pencegahan dan mitigasi radikalisasi di ruang digital bisa berjalan lebih efektif.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!