Jakarta – Pimpinan pesantren Al Zaytun Panji Gumilang berperan dalam merekrut orang-orang yang nantinya berpotensi melakukan aksi teror. Panji Gumilang dinilai ikut menyuburkan perekrutan calon-calon teroris dengan meletakkan dasar militansi serta kebencian kepada NKRI.
Hal itu dikatakan Kepala Sub Direktorat Kontra Radikal Densus 88 Anti Teror Polri AKBP Budi Novijanto saat mengisi seminar dengan topik “Dibalik Polemik Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu” yang diselenggarakan oleh BEM UNUSIA yang juga disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube Padasuka TV pada Senin (19/06/2023).
“Pelaku teror berasal dari akar yang sama, yaitu intoleransi. Kelompok teror terbagi menjadi dua, pertama yang pragmatis yang dilakukan kelompok NII KW 9. Mereka tidak menggunakan cara teror. Sedangkan, yang kedua adalah kelompok yang melakukan aksi teror, yaitu Jamaah Islamiyah atau JI,” ujar Budi dikutip dari laman Republika.co.id.
NII pernah dipimpin Abdullah Sungkar pada 1993 yang kemudian membentuk JI. Belakangan JI justru membangun afiliasi internasional dengan organisasi militan yang memiliki tujuan global.
Langkah JI tersebut berbeda dengan NII yang masih kukuh dengan tujuannya pada tingkat nasional. Setelah Abdullah Sungkar meninggal, para pengikutnya berafiliasi dengan kelompok jihad luar negeri dan memilih melakukan teror melawan Amerika Serikat dan sekutunya.
Dalam perjalanannya, anggota-anggota JI yang telah bergabung dengan organisasi militan internasional merekrut aktivis-aktivis NII lainnya yang memiliki pemikiran serupa.
Sementara, NII KW 9 cenderung pragmatis dan berada di dalam negeri. Namun, meski tergolong pragmatis, bukan berarti kelompok tersebut tidak akan melakukan teror. Bisa saja mereka nantinya melakukan kerusakan berupa aksi-aksi fatalisme berupa teror.
Budi mengatakan, Al Zaytun dapat menjadi embrio kelompok teror apabila tidak ditangani dengan tepat. “Di sini kami memprediksi bahwa Al Zaytun dapat menjadi embrio dari pada kelompok teror. Meskipun pada pelaksanaannya Al Zaytun memiliki pola yang berbeda, tidak melakukan aksi perlawanan, tapi dia melakukan aksi menguasai wilayah, makanya kalau kita lihat kenapa Al Zaytun luas wilayahnya, sampai di mana-mana, karena memang begitu polanya. Dia tidak melakukan aksi seperti kelompok NII yang lain. Tapi, dia akan mencoba menguasai wilayah-wilayah yang ada di Indonesia ini,” papar Budi.
Lebih lanjut, Budi mengatakan, orang-orang yang bergabung di Al Zaytun dapat berpotensi bergabung atau direkrut oleh gerakan atau kelompok-kelompok teror. Karena itu, menurutnya perlunya segera pengawasan dan penyadaran kepada orang-orang yang bergabung di Al Zaytun.
Menurut Budi, bila tidak adanya penyadaran dan pengawasan dikhawatirkan orang-orang tersebut akan membentuk kelompok baru dengan nama berbeda, tapi memiliki tujuan yang sama.
“Yang pasti akan merongrong kedaulatan NKRI. Karena jelas targetnya untuk membentuk negara Islam. Terus juga berpotensi menghancurkan masa depan kaum muda yang tergabung di Pesantren Al Zaytun untuk menjadi anggota NII itu sendiri. Di mana mereka juga akan mengambil pemuda-pemuda lain yang kehilangan pekerjaan, yang terasing dari kehidupan sosialnya,” katanya.
Budi mengatakan, hal itu berdasarkan penelitian dan pengakuan eks NII KW 9. Penelitian dan pengakuan tersebut memuat kesimpulan berupa hubungan Al Zaytun dengan NII KW 9. Ia mengatakan bahwa figur Panji Gumilang sebagai pimpinan Al Zaytun juga adalah pimpinan NII KW 9.
Al Zaytun disebut dapat menjadi embrio kelompok teroris. Sebabnya, memiliki relasi yang kuat dengan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW 9). Dia menjelaskan, dalam ajaran yang dipraktikkan NII KW 9 di antaranya adalah memobilisasi dana dengan mengatasnamakan ajaran Islam yang diselewengkan.
Selain itu pada ajaran NII KW 9 ditemukan adanya penafsiran ayat-ayat Alquran yang menyimpang serta paham takfiri atau menghukumi kafir kelompok-kelompok di luar NII KW 9.