Yogyakarta – Densus 88 Mabes Polri membangun sebuah asrama untuk para hafidz di Yayasan Bumi Damai Kotagede Yogyakarta. Asrama ini menjadi sebuah panti asuhan yatim piatu dan kaum dhuafa yang diasuh oleh anggota Polisi Jalan Raya (PJR) Polda DIY, Ipda Ali Nur Suwandhi.
Setidaknya ada 190 anak yatim piatu, kaum dhuafa dan anak-anak yang orang tuanya bermasalah dengan hukum berada di yayasan ini. 15 diantaranya adalah anak-anak eks Narapidana Terorisme dan anak-anak Napiter.
Peletakan batu pertama pembangunan gedung 3 lantai berukuran 100 meter persegi ini dilakukan oleh Kepala Densus 88 Mabes Polri, Irjen Pol Marthinus Hukom, di Bantul.
“Kenapa ini sangat bernilai yang pertama beliau (Ipda Ali) adalah polisi jadi Pelayanan apa wujud dari pelayanan beliau terhadap masyarakat adalah salah satunya ini dan menurut saya ini yang paling mulia,” kata Marthinus, Senin (6/2/2023).
Dengan membangun membina mereka dari kecil artinya sejak awal pihaknya sudah memberikan pondasi yang kuat buat mereka. Di mana pondasinya adalah kecintaan terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia, terhadap negara dan kecintaan terhadap agamanya.
“Itu yang sedang dibangun oleh Ali secara fisik sama secara umum saya ingin katakan bahwa Pak Ali sedang membangun dua pilar,” terangnya.
Dua pilar tersebut adalah membangun fisik yaitu tempat mereka berteduh, melindungi mereka dari matahari, dari hujan dari angin. Tetapi yang terpenting adalah membangun jiwa. Pembangunan jiwa ini adalah sebenarnya landasan utama dari membangun moral.
Moral bangsa untuk menyiapkan generasi penerus ini saat mereka mendapatkan warisan memiliki bangsa ini. Di mana negara dan kemanusiaan serta agama yang selalu berdampingan sehingga anak-anak Yatim ini nanti siap untuk hidup membangun kemudian hidup berdampingan dengan sesama umat manusia.
Terkait dengan anak-anak napiter dan eks Napiter di Yayasan tersebut, Marthinus menandaskan pihaknya selalu berupaya untuk memberikan yang terbaik kepada Napiter maupun eks napiter ini. Pihaknya melihat anak-anak dan keluarga Napiter ini dari sisi yang lain.
“Bukan saja Napiter tapi juga dengan keluarganya di samping orangtua mereka adalah pelaku (terorisme), orang tuanya mereka juga adalah korban maka korban daripada doktrin-doktrin kekerasan. oleh karena itu anak-anak ini juga menjadi korban,”tuturnya.
“Bapaknya sudah menjadi korban doktrin anak-anak ini juga secara otomatis menjadi korban karena bapaknya,”tambahnya.
Karena ayahnya bermasalah dengan hukum pasti akan membuat mereka terlantar. Sehingga jalan keluarnya salah satunya adalah bagaimana pihaknya merangkul terus mengarahkan mereka supaya mereka tidak lagi menjadi korban berikutnya. Lebih tepatnya korban kehidupan sosial yang akibat dari proses penangkapannya orang tuanya.
Pihaknya ingin terus menggeser keluarga Napiter ini ke tempat-tempat yang mungkin bisa memberikan ajaran-ajaran yang lebih halus sehingga mereka lebih mencintai kemanusiaan. Dan dengan adanya rumah singgah yayasan rumah singgah bumi damai ini pihaknya berharap akan banyak lagi yang bisa membawa anak-anaknya ke Yayasan ini.
“Untuk di apa? Untuk diberikan doktrin-doktrin atau ajaran-ajaran moral agama yang lebih lembut, lebih halus lebih humanis dan lebih mencintai negara, lebih mencintai manusia dan juga tetap mencintai agama,”tandasnya.
Pengasuh Yayasan Bumi Damai, Ipda Ali mengatakan pembangunan asrama tersebut untuk membantu anak-anak yatim piatu, fakir miskin yang telah bernaung di Yayasan Bumi Damai tersebut.
“Sekarang kami memiliki 7 gedung. Dan baru 2 yang milik kita, 5 lainnya kita mengontrak. Pasti sewaktu-waktu harus siap kehilangan gedung karena sewanya habis,”tutur dia.
Dia mengakui ada 15 anak dan istri eks Napiter yang tinggal di Yayasan Bumi Damai tersebut. Di tempat ini mereka mendapatkan pendidikan yang sifatnya nasionalis serta ajaran agama yang lurus. Karena dia ingin anak-anak eks Napiter ini nanti bisa hidup berdampingan dengan masyarakat serta mencintai tanah air dan bangsa.