Surabaya – Negara melalui aparat pemerintah tidak bisa sendirian dalam memerangi, menindak, dan mencegah terorisme. Butuh keterlibatan semua pihak dalam melakukan upaya tersebut. Pada konteks inilah, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di daerah, merupakan bentuk kongkret sinergi dan kerjasama, sekaligus silaturahmi yang kuat antara pemerintah melalui jajarannya dengan elemen masyarakat, tokoh agama, tokoh adat budaya, tokoh masyarakat, tokoh media massa, tokoh pemuda dan perempuan, serta tokoh pendidikan, di seluruh Indonesia.
Hal tersebut dikatakan Dr. H. Andi Intang Dulung, M.Hi selaku Kasubdit Kewaspadaan pada Direktorat Pencegehan Kedeputian I Badan Nasional Penannggulangan Terorisme (BNPT) di acara Rembuk Kebangsaan dengan mengambil tema “Perempuan Pelopor Perdamaian” yang digelar bersama FKPT Jawa Timur di Hotel Elmi, Surabaya, Kamis (9/3/2017).
“Dalam memerangi radikalisme dan terorisme adalah penguatan nilai-nilai lokal mencegah paham radikal. Nilai-nilai budaya dan kearifan lokal merupakan penguat solidaritas dan kohesifitas masyarakat,” ujarnya.
Dikatakannya, masyarakat Indonesia yang majemuk, pada umumnya merupakan mayoritas umat beragama dengan pandangan yang moderat, yang menjunjung tinggi nilai toleransi, kerukunan dan perdamaian. Kekuatan nilai lokal ini banyak bertumpu pada keterlibatan tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.
“Karena itulah, pemerintah patut dan mesti memberikan porsi besar pelibatan para tokoh tersebut sebagai garda depan dalam menyelesaikan persoalan lokal termasuk persoalan radikalisme dan terorisme,” ujar wanita yang sebelum bertugas di BNPT berkarir di Kementerian Agama RI ini.
Wanita asal Kendari ini mengatakan, potensi radikalisme dan terorisme di Indonesia belum akan padam dalam waktu dekat. Tantangan itulah yang menuntut kita untuk selalu waspada, namun tidak panik dalam menghadapi berbagai potensi ancaman teror di tengah masyarakat.
“Bersama masyarakat kita hadapi segala bentuk ancaman dari kelompok radikal terorisme meski dari tahun ke tahun dinamika, pola, modus, dan gerakan kelompok radikal terorisme semakin berkembang,” ujarnya.
Wanita yang pernah menjabat sebagai Kasubdit Penangkalan BNPT ini memberikan gambaran, pelaku aksi terorisme melibatkan secara aktif kaum perempuan, bernama Dian Novi yang ditangkap aparat di Bekasi, setelah sebelumnya banyak merekrut kaum muda. Dimana mayoritas pelaku aksi teror adalah mereka yang masih belia yang sejatinya masih berusia produktif untuk berbuat yang terbaik bagi keluarga dan bangsa.
“Kelompok pemuda dan perempuan, kelompok yang relatif paling rentan dipengaruhi oleh paham radikal terorisme. Untuk itu, kepada kelompok itu pulalah sasaran kegiatan kita akan lebih diintensifkan,” ujarnya.
Karena itulah menurutnya, momentum kegiatan program Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme ini merupakan momentum yang tepat untuk merekatkan kebersamaan dan solidaritas dalam melawan berbagai bentuk ancaman kekerasan yang dapat menggangu kedamaian masyarakat dan kedaulatan negara.
“Melalui momentum yang baik ini, kami mengajak para peserta dan yang semua hadir pada kegiatan ini, untuk senantiasa meningkatkan ketahanan diri dari pengaruh paham radikal terorisme seraya membangun deteksi dini melalui kepedulian terhadap lingkungan sekitar,” ujarnya.
Di akhir sambutannya, Kasubdit kewaspadaan meminta FKPT di daerah diharapkan bisa menjadi kekuatan dan modal besar untuk membendung paham radikal yang dapat menjerumuskan masyarakat pada aksi kekerasan dan terorisme.