Jakarta – Masyarakat Indonesia sejatinya harus terus menggaungkan semangat perdamaian dan keberagaman untuk solidaritas bangsa-bangsa di Asia. Apalagi keberagaman bangsa Indonesia telah diakui dan diapresiasi oleh bangsa-bangsa di Asia, bahkan dunia. Ajang Asian Games 2018 menjadi salah satu bukti, Indonesia dengan segala keberagamannya mampu menyatukan bangsa-bangsa Asia dalam semangat persaudaraan dan sportivitas.
“Keberagaman Indonesia adalah sesuatu yang luar biasa. Sudah banyak apresiasi yang diberikan kepada Indonesia karena mampu mengelola keberagaman menjadi sebuah kekuatan, bukan menjadi sesuatu yang melemahkan. Unity in diversity atau Bhinneka Tunggal Ika menjadi modal besar bangsa ini untuk mewujudkan Energy of Asia di Asian Games 2018 ini,” ujar Guru Besar Hukum Internasional dari Universitas Indonesia, Prof. Hikmahanto Juwana, SH, LL.M, Ph.D, di Jakarta, Jumat (31/8/2018).
Hikmahanto mengatakan, dengan semangat solidaritas bangsa Asia bisa bersatu. Dengan begitu Asia pasti mampu bersaing dengan bangsa Eropa dan Amerika. Buktinya gelaran Asian Games 2018 ini. Dengan semangat kebersamaan, persatuan, dan sportivitas, Asian Games 2018 terbukti sejajar dengan gelaran bergengsi lainnya seperti Olimpiade.
“Perlu diingat bahwa pada lampau itu peradaban di Asia ini dianggap lebih tinggi, bila dibandingkan dengan peradaban orang Eropa maupun Amerika,” ujar pria kelahiran Jakarta, 23 November 1965 ini.
Peraih British Achieving Award dari Pemerintah Inggris ini juga mengungkapkan, adanya Asian Games ini bisa pula dijadikan momentum untuk meredakan ketegangan di masyarakat terhadap situasi politik bangsa jelang Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden (Pilpres). Menurutnya perbedaan itu suatu fitrah, sesuatu yang tidak mungkin dihindari. Namun perbedaan itu adalah hal yang wajar dalam sebuah proses berdemokrasi.
“Yang perlu kita pahami adalah jangan kemudian perbedaan itu memecah belah kita. Adanya perbedaan sejatinya untuk memperkuat kita. Artinya kita ingin mendapatkan pemimpin yang baik, pemimpin yang amanah dan lain sebagainya. Pada ssaat pemimpin itu nanti muncul, tentu keberagaman itu harus menjadi satu lagi,” ujarnya.
Dirinya menghimbau kepada masyarakat kalau punya perbedaan pilihan politik atau apapun jangan diterjemahkan dengan kekerasan yang akan berakibat seperti di negara-negara lain, konflik antar masyarakat, konflik horizontal. “Kita boleh berbeda, tetapi tidak diterjemahkan dengan kekerasan,” ujar mantan Dekan Fakultas Hukum UI ini.
Dalam pengamatannya, gelaran Asian Games ini seperti kondisi di Amerika Serikat, dimana di Amerika Serikat itu ketika ada prajuritnya yang dikirim tugas perang ke luar negeri, maka para politisinya akan stop membicarakan apakah tindakan ini benar atau salah. Mereka semuanya akan mendukung prajurit-prajurit itu ketika mereka berperang.
“Sekarang ini saya melihat para politisi punya kesadaran seperti itu. Ketika Asian Games berlangsung kita tidak boleh membicarakan bahwa ini untuk kepentingan politik tertentu dan lain sebagainya. Kita semua mendukung para atlet yang bertanding di laga Asian Games atas nama Indonesia dan itu yang memang harus kita lakukan,” kata pria yang juga anggota Kelompok Ahli BNPT bidang Hukum ini.
Untuk itu menurutnya, Bhinneka Tunggal Ika yang dimiliki Indonesia itu jangan hanya sekedar slogan. Oleh karena itu seluruh komponen masyarakat harus tetap menjaga keberadaan bangsa Indonesia ini dalam satu kesatuan.
“Unity in Divesity, jangan menjadikan keberagaman yang kita miliki ini menjadi pemecah belah antara satu dengan yang lain, tetapi keberagaman yang kita miliki harus menjadi penguat bagi satu dengan yang lain,” ujarnya mengakhiri.