Taalabaya – Kelompok teroris internasional ISIS baru-baru ini dilaporkan melakukan berbagai cara demi mendapatkan tambahan pasukan dari golongan anak-anak, salah satunya adalah dengan membayar siapa saja yang bersedia menculik anak-anak di bawah umur untuk kemudian diserahkan kepada ISIS. Di tangan ISIS, anak-anak malang tersebut dipaksa untuk menjadi teroris; mereka dilatih untuk membunuh dan bahkan untuk melakukan serangan bunuh diri.
Sebuah laporan yang dirilis oleh kelompok thintank untuk konter ekstrimisme, Quilliam menunjukkan bahwa hingga saat ini –berdasarkan data dari satuan kepolisian Eropa, Europol—telah ada sekitar 88,300 anak-anak tanpa pengawasan yang telah hilang. Anak-anak ini, masih menurut laporan yang sama, beresiko besar telah diculik dan diradikalisasi oleh kelompok radikal terorisme.
Penculikan ini ditengarai terjadi lantaran kegagalan negara-negara Eropa dalam menjaga para imigran yang datang dan berkumpul di kamp-kamp pengungsian yang mereka sediakan. Negara yang paling disorot untuk urusan ini adalah Inggris. Negeri ratu Elisabeth ini disebut gagal melindungi anak-anak para imigran yang melakukan perjalanan dengan tanpa pengawasan.
Laporan yang dipublikasikan pada Senin awal pekan lalu juga memperingatkan bahaya kelompok teroris seperti ISIS dan Boko Haram yang mulai beralih fokus dengan merekrut anak-anak di bawah umur, baik melalui penculikan maupun bekerjasama dengan penyelundup.
Quilliam, sebagaimana dikutip dari The Guardian, Minggu (05/02/17), menyebut bahwa kelompok ISIs menawarkan uang sebesar $ 2000 kepada para penyelundup untuk melakukan penculikan anak-anak dari kamp-kamp pengungsi asal Libanon dan Yordania.