Deklarasi Kebangsaan Melawan Radikalisme Ingatkan Kampus Soal Keragaman

Jakarta – Sebanyak 3.000-an rektor dari berbagai perguruan tinggi di Tanah Air menghadiri ‘Deklarasi Kebangsaan Melawan Radikalisme’ di Nusa Dua, Bali pada Selasa (26/9/2017). Pada kesempatan itu, Presiden Joko Widodo meminta para rektor agar kampus tidak dijadikan lahan penyebaran paham ideologi anti-Pancasila.

Ketika diminta tanggapannya mengenai hal itu, pengamat pendidikan Darmaningtyas mengatakan, acara tersebut diadakan untuk mengingatkan para pengelola penyelenggara pendidikan tinggi supaya lebih memperhatikan tentang masalah isu-isu keragaman.

“Acara seremonial itu mengingatkan para pengelola penyelenggara pendidikan tinggi supaya lebih memperhatikan tentang masalah isu-isu keragaman,” katanya kepada Damailahindonesiaku.com, Kamis (28/9/2017).

Dikatakan, melalui acara ini para pemimpin perguruan tinggi diharapkan memimpin perguruannya dengan mengisi kegiatan kampus dengan subtansi pendidikan. “Itu yang lebih penting tepat,” katanya.

Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam acara tersebut mengatakan, kampus adalah sumber ilmu dan pencerahan generasi bangsa sehingga sangat berbahaya jika menjadi mediasi ideologi radikal.

Presiden meminta jangan sampai kampus menjadi lahan penyebaran ideologi anti-Pancasila, anti-NKRI, anti-Bhineka Tunggal Ika. “Bila kita cinta Indonesia, masih cinta NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, kampus harus steril dari ideologi radikal,” katanya.

Jokowi meminta kampus menjadi garda terdepan dalam menghentikan radikalisme, terorisme di seluruh perguruan tinggi yang ada di seluruh Tanah Air. Dia juga menginstruksikan rektor perguruan tinggi seluruh Indonesia agar mewaspadai infiltrasi ideologi radikalis di kampus-kampus. karena Infiltrasi ideologi yang terjadi saat ini bertujuan untuk menggantikan Pancasila.

“Sekarang ini telah terjadi infiltrasi ideologi yang ingin menggantikan Pancasila, ingin memecah belah kita. Karena keterbukaan yang tidak bisa kita hindari. Keterbukaan melalui media sosial ini, menyebabkan infiltrasi ideologi secara tak disadari masuk ke dalam kehidupan bermasyarakat. Infiltrasi dilakukan dengan metode-metode baru yang kekinian dan dengan pendekatan yang halus, sehingga, masyarakat pun terlena dan lupa dengan ideologi Pancasila,” katanya.