Jakarta – Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa menyebut sekitar 1.000 orang dari Asia Tenggara bergabung dengan kelompok radikal ISIS yang berpusat di Suriah. Dari jumlah itu, 686 di antaranya merupakan warga negara Indonesia (WNI).
Cantiasa menuturkan, ISIS beranggotakan sekurang-kurangnya 41.000 orang yang tersebar di Suriah dan negara lain di Timur Tengah. Namun saat ini mereka sudah dalam kondisi terdesak dan terbagi dalam dua kamp pengungsian.
“Ada sekitar 41.000 pelaku terorisme di sana, mereka terdesak, tertawan dan 1.000 orang (dari mereka) dari Asia Tenggara. Setelah kita bedah lagi, dari 1.000 anggota kelompok ISIS yang ada, ternyata ada 686 hasil data informasi intelejen itu berasal dari Indonesia,” kata Cantiasa dalam podcast bertajuk “Penanganan Terorisme di Mata Danjen Kopassus” yang diunggah Puspen TNI, Senin (17/8/2020).
Jenderal peraih Adhi Makayasa Akmil 1990 ini mengatakan, terorisme juga berkembang di Indonesia sampai saat ini. Salah satunya di Poso. Para pelaku yang tergabung dalam kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kelora melakukan hit and run dalam beraksi.
Salah satu aksi kelompok terorisme ini yaitu menyandera masyarakat sipil saat mereka membutuhkan logistik. Bahkan mereka juga tidak segan membunuh korban, seperti yang terjadi baru-baru ini yang menimpa seorang petani.
Cantiasa mengingatkan, kelompok teroris memiliki berbagai macam cara untuk melakukan aksinya. Di Filipina, para teroris (kelompk Abu Sayyaf) bahkan telah menggunakan alutista seperti roket, bukan hanya sekadar bom untuk bunuh diri.
“Filipina saat ini berjuang untuk melawan terorisme dan tidak main-main di sana. Sampai hari ini militer dan semua komponen terlibat perlawanan terhadap terorisme,” ucap pria kelahiran Buleleng, Bali ini.