Idlib – Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin kelompok teroris Islamic State (ISIS), tewas bunuh diri dengan meledakkan rompi bom saat dikejar pasukan khusus dan anjing militer Amerika Serikat (AS) di Idlib, Suriah, Sabtu malam pekan lalu.
Sosok teroris yang paling dicari di dunia ini ternyata juga baru diketahui membuat penyamaran sebagai pedagang kain kaya raya dalam persembunyiannya.
Fakta itu terungkap dari pengakuan orang-orang di Barisha, sebuah desa di Idlib, tempat bangunan yang jadi lokasi persembunyian al-Baghdadi.
Dalam pelariannya, al-Baghdadi dikenal sebagai pria keluarga yang pendiam bernama Abu Muhnammad Halabi yang menjalankan bisnisnya sendiri.
Penduduk lokal, Abu Ahmed Barisha, mengatakan pemimpin ISIS itu telah tinggal di sebuah bungalow besar yang dikelilingi oleh tembok beton tinggi selama beberapa waktu.
“Ada sebuah rumah besar di sini dan pria yang tinggal di sini dikenal sebagai pedagang kain,” katanya kepada situs berita Turki, Daily Sabah, yang dilansir Kamis (31/10/2019).
Oleh warga desa, dia diasumsikan sebagai seorang migran yang dipaksa untuk tetap berpindah-pindah akibat perang di Suriah.
Barisha juga berbicara tentang serangan pasukan khusus AS yang dibantu oleh SAS (pasukan khusus Inggris), yang dimulai pada tengah malam pada hari Sabtu hingga Minggu dini hari yang berlangsung selama empat jam.
Selama penggerebekan komunitas kecil di provinsi Idlib dengan banyak rumah tangga takut untuk kelur rumah. “Siapa pun yang mengemudi atau berjalan di luar malam itu tertembak,” kata Barisha.
Dia mengatakan rumah-rumah dihantam dengan peluru, dan ada laporan bahwa ada beberapa wanita hamil yang begitu ketakutan sehingga mereka mengalami keguguran.
Barisha mengatakan beberapa warga telah terluka dan harus dibawa ke rumah sakit. Ada juga pasangan lansia yang melarikan diri dari area serangan tertembak di kaki ketika mereka mencoba untuk sampai ke rumah putra mereka.
“Penduduk desa tidak tahu siapa yang ada di rumah dan apa yang terjadi di sana malam itu,” ujar Barisha.
Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi mengklaim mata-matanya mencuri sepasang celana dalam al-Baghdadi. Pakaian dalam itulah yang digunakan untuk tes DNA untuk memastikan target pasukan khusus AS benar-benar al-Baghdadi. Setelah hasil tes mengonfirmasi hal itu, serangan pun dijalankan.
Namun, tak diketahui apakah mata-mata Kurdi itu memperoleh hadiah USD25 juta sebagaimana yang diiklankan oleh otoritas Amerika.
Lokasi sarang al-Baghdadi telah mengejutkan banyak pakar anti-teror karena letaknya hanya 20 mil dari perbatasan dengan Turki.
Ini memiliki beberapa kesamaan dengan cara di mana pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden bersembunyi di sebuah kompleks besar di daerah militer Pakistan sebelum dibunuh dalam serangan pasukan khusus AS pada tahun 2011.