Pekalongan – Wasiat Rasulullah ketika Haji Wada haruslah bisa dipahami oleh semua umat Islam. Pada saat Rasulullah melakukan Haji Wada, Rasulullah menyampaikan pesan kepada para sahabat dan umat Islam dengan mengutip ayat Surat An Nisa ayat 59 , ‘Yā ayyuhallażīna āmanū aṭī’ullāha wa aṭī’ur-rasụla wa ulil-amri mingkum’ yang ditujukan untuk para dai dan ulama.
Wakil Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Dr. Ali M Abdillah mengatakan para dai dan ulama harus memahami ayat ‘āmanū aṭī’ullāha wa aṭī’ur-rasụl’ yang berarti dalam menyampaikan dakwah Islam, harus berpegang dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Besar Muhammad SAW dan berlandaskan dengan Al-Quran
”Diantara nilai-nilai yang diusung oleh Al-Quran adalah ‘Wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin’ yang artinya adalah ‘Kami tidak mengutus mu (Muhammad) melainkan untuk memberikan rahmat bagi seluruh alam’. ‘Wama arsalnaka’ ini kitabnya adalah kepada Nabi Muhammad,” ujar Dr. KH. Ali M. Abdillah di Pekalongan, Kamis (10/9/2020).
Menurutnya, jika para Ustadz atau dai bisa berpegang pada ayat ini bahwa dalam berdakwah ini meneruskan risalah nubuwah atau risalah kenabian yang memiliki visi besar yaitu Rahmatan Lil Alamin, maka ini harus menjadi prinsip bersama dalam menyebarkan dakwah Islam yang Rahmatan Lil Alamin.
”Tentunya hal itu berkaitan dengan peran seorang ustadz di tengah masyarakat dengan membawa nilai Islam. Jangan Islam yang ditawarkan atau yang disampaikan adalah bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW, seperti caci maki, memfitnah, produksi hoax,” tuturnya.
Karenanya, Kyai Ali menyampaikan jika ada tokoh atau Ustadz yang sudah mulai mengarahkan kepada untuk menyebar hoaks, kemudian mencaci dan memfitnah, tentunya hal ini sudah keluar dari ajaran Nabi Muhammad. Karena ajaran Nabi itu tentunya yang lemah lembut dan penuh kasih sayang.
”Bagaimana ingin membersikan umat, bagaiman ingin mengajak umat untuk Rahmatan Lil Alamin, kalau dirinya sendiri ini belum tuntas menjadi pribadi yang Rahmatan Lil Alamin? Tentunya hal itu bisa terlihat dari ekspresi, cara ceramah dan materi dakwahnya ini bisa dilihat,” terangnya.
Ia melanjutkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengutip ayat ‘Wa ulil amri Minal muslimin’, tidak pimpinan dari kaum muslimin, tidak. Tapi ’Minkum’ yang artinya kontekstual.
Ia mengatakan bahwa bagi orang yang hidup Arab, yang ikuti sistem di Arab, kalau disana kerajaan, ikutin saja, karena mereka hidup di sana. Kalau di Indonesia maka wajib mengikuti kesepakatan yang disepakati oleh para pendiri bangsa, yakni yang sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
”Karena ini sudah menjadi kesepakatan para pendiri bangsa, agar bagaimana supaya bangsa Indonesia ini bisa menerapkan pesan Nabi Muhammad yaitu ’aṭī’ullāha wa aṭī’ur-rasụla wa ulil-amri mingkum’ Karena Pancasila ini bisa menjadi titik temu semua agama. Dan ini Pancasila menjadi nilai-nilai yang didalamnya adalah nilai agama yang diterima oleh semua kalangan agama,” tukasnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa kalau khilafah itu bagian sejarah dalam Islam, iya. Tapi ketika khilafah diusung oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang menurutnya adalah sebuah partai politik internasional dan sudah punya aturan main sendiri, punya undang-undang sendiri sehingga khilafah adalah bagian strategi dari marketing mereka.
”Sasarannya adalah orang-orang awam yang tidak mengerti sejarah, kemduain mengatakan bahwa ini adalah ajaran Islam. Padahal kalau kita kritisi, hadits shahih tidak ada soal khilafah itu. Kemudian ayat aqth’i di Al-Quran tidak ada Khilafah. Kemudian ayat tentang khilafah ini pun debatebel, ada yang menganggap ini hadits lemah, ada yang menganggap ini hasan. Berarti statusnya sebenarnya seperti qunut,” tutur Ketua Pengurus Wilayah Mahasiswa Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah (MATAN) Provinsi DKI Jakarta ini.
Oleh sebab itu, Kyai Ali meyampaikan bahwa konsep khilafah versi HTI ini sama sekali tidak teruji, bahkan ditolak oleh seluruh dunia. Karena menurutnya tidak mungkin kalau ajaran yang haq itu ditolak. Ini berartik ada sesuatu yang disimpan dibalik itu. Ada sesuatu yang disimpan, pasti akan ada penolakan.
Menurutnya, gerakan-gerakan HTI ini akan menghalalkan segala cara dan endingnya mereka adalah merebut kekuasaan. Kemudian kader-kader ini didoktrin bagaimana mencari celah untuk meruntuhkan negara Indonesia yang sudah mapan dengan mengkritisi dari apa itu Pancasila dan apa itu demokrasi.
“Kita semua tahu bahwa kalau toh ternyata HTI ini berhasil menguasai Indonesia, yang ada tentunya Indonesia ini tidak akan mandiri. Tapi akan berada di bawah kekuatan Amir Am yang berada di luar negeri. Dan tentunya hal ini akan menimbulkan masalah yang cukup ruwet. Karena antara pengusung khilafah saja mereka ini sudah nggak akur,” pungkasnya.